Tuesday, April 28, 2009

Cinta Teragung dari Rasulullah SAW

Assalammualaikum dan salam sejahtera,



Rasulullah saw, seorang rasul penutup, seorang rasul yang telah memberikan petunjuk Allah swt melalui Al Quran untuk kesejahteraan manusia di dunia dan akhirat. Seorang rasul yang menjadi kekasih Allah swt dan seorang rasul yang terlalu mencintai umatnya. Rasa cinta kepada umatnya terlalu agung sehinggakan saat-saat kewafatan sekali pun rasulullah saw sentiasa memikirkan akan umatnya. Betapa agung akan cinta rasulullah saw kepada umatnya, betapa bersungguhnya pengorbanan yang telah dilakukan oleh rasulullah saw sehinggakan kita dapat merasai akan nikmat Islam hari ini.


Marilah kita sama-sama membacakan detik-detik terakhir kehidupan rasulullah saw ini kepada anak-anak dan isteri atau ahli keluarga kita, marilah kita mengimbas kembali akan suatu peristiwa agar anak-anak kita dapat merasakan betapa kasih dan sayang rasulullah saw kepada umatnya, apabila kita merasai akan kasih dan cinta rasulullah saw maka kita perlu membalas perasaan cinta yang diberikan dengan sentiasa mengingati dan melakukan yang terbaik seperti yang diajarkan oleh rasulullah saw.
Senyuman mu rasulullah saw sentiasa mengembirakan hati para sahabat, tegas mu rasul memberikan keyakinan kepada hati-hati agar menjadi lembut untuk berkasih kerana Allah swt, cintamu kepada umat ini menjadikan dirimu di utamakan oleh para sahabat, pengorbanan yang engkau tunjukkan tiada tandingnya, Engkau adalah rasul yang perlu dijadikan ikutan, menjadi petunuk, menjadi idola, menjadi kekasih yang amat sukar untuk dilupakan.


Mungkin tidak pernah melihat wajahmu ya rasul, tapi cerita pengorbananmu sentiasa melambangkan akan kasih dan cinta mu kapada kami, berikanlah ya Allah untuk kami merasai cinta kepada rasulmu dan juga kepadaMu Ya allah, sesungguhnya hanya engkau yang mampu memberikan segala-galanya dan berikkan kami secebis cinta agar kami benar-benar kembali kepada Mu dan dapat menemui kekasihMu rasulullah saw.

Ya Allah! Jadikanlah hati-hati kami lembut didalam mengingatiMu, jadikan kami sentiasa mengharap akan cinta kepadaMu, berikanlah kami perasaan kasih dan cinta kepada RasulMu, Ya Allah, engkau ikhlaskanlah hati-hati kami, engkau berikan lah kami perasaan bertaqwa dan jadikanlah kami benar-benar mendirikan solah, jadikanlah kami orang yang benar-benar takut kepada nerakaMu, jadikanlah kami orang yang benar-benar mengerti akan makna siksaan nerakaMu agar kami benar-benar cuba menjauhkannya, jadikah kami orang yang benar-benar berusaha untuk mendapatkan surgaMu, namun hanya Engkau yang yang berkuasa dan memilih hamba-hamba yang akan memasuki surgaMu, Ya Allah, hanya engkau yang memberi maka berilah kepada kami kehidupan yang baik di dunia dan diakhirat. Ya Allah, ampunkan dosa-dosa kami, sesungguhnya Engkau maha pengampun dan pemberi ampun. Amin.

*******************************************************
Detik-detik Terakhir Kehidupan Rasulullah SAW



Cintanya Dibawa sampai Padang Mahsyar



Menjelang wafat, Rasulullah Saw tidak mengingat keluarganya, melainkan umatnya. Cintanya kepada umat dibawa sampai ke Padang Mahsyar……
Bulan Rabiul Awwal telah berlalu. Namun peringatan Maulid, secara sporadis di sana-sini masih di gelar. Kisah mengenai Rasulullah SAW, pribadi, akhlaq, dan tausiyahnya pun masih dibacakan. Rasa rindu, cinta dan haru menggelora dalam qalbu, sementara air mata mengalir tetes demi tetes……..


Memang wajar jika Rasulullah SAW sangat mencintai umatnya. Menjelang wafatnya, beliau bersabda, “Ummati, ummati…(Umatku, umatku…). “Menurut Habib Mundzir bin Fuad Almusawa, khadim Majelis Ta‟lim Rasulullah SAW, kecintaan Rasulullah kepada ummatnya melebihi kecintaan seorang ibu atau ayah kepada anak-anaknya. “Beliau mencintai umatnya sejak sebelum dilahirkan, bahkan ketika masih berbentuk sperma ayahnya dan ovum ibunya, yang mengharapkan kelak sang anak terjaga dari gangguan setan dan hal-hal yang tidak diinginkan,” kata Habib Mundzir.


Seperti kita ketahui, dalam sebuah hadits yang cukup popular Rasulullah SAW bersabda, “Jika kalian berkumpul dengan istri, ucapkanlah doa Allahuma jannibna minasy-syaithon wa jannibsy syaithon mimma razaqtana (Ya Allah, jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari anak yang engkau karuniakan kepada kami).”


Cinta sejati itu bahkan beliau bawa sampai Padang Mahsyar, ketika kondisi alam semesta sudah sangat gawat. Ketika manusia dimintai pertanggung jawaban atas semua perbuatannya, ketika seorang ibu lari dari anaknya dan anak lari dari ibunya, para nabi menolak dimintai syafa‟at (pertolongan) oleh umatnya, ketika itulah Rasulullah SAW justru tidak meninggalkan ummatnya. Beliau mendampingi umatnya ketika mereka menghadapi masa-masa “perhitungan” (hisab), menunggui umatnya di seberang jembatan shiratal mustaqim, hingga seluruh umatnya masuk ke dalam surga.


Marhaban Bikum


Bahkan di akhir hayatnya, yang beliau pikirkan bukan putri kesayangannya, Fathimah, atau cucu-cucunya, Hasan dan Husein, melainkan umatnya. “Beliau diutus untuk menyelamatkan kita. Apakah kita akan melupakannya, meninggalkan ajarannya?” ujar Ustadzah Halimah Alaydrus, muballighah muda, dalam kesempatan taushiyahnya di sebuah majelis ta‟lim. Berikut petikan kisah detik-detik terakhir kehidupan Rasulullah SAW yang tertulis dalam buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW, jilid III (KH. Moenawar Chalil), Detik-detik Terakhir Kehidupan Rasulullah SAW (KH Firdaus A.N), 30 Kisah Teladan, jilid 5 (KH Abdurrahman Arroisi), Durratun Nashihin (karya Usman bin Hasan bin Ahmad Syakir), dan petikan ceramah Maulid Habib Mundzir Almusawa. Ketika merasa bahwa ajalnya sudah dekat, Rasulullah SAW mengumpulkan para sahabat di kediaman istri tercintanya, Sayyidah Aisyah RA. Setelah semua berkumpul, beliau memandangi mereka dengan tatapan mata yang sendu. Air mata beliau menetes tiada henti.


Di tengah tangisnya beliau bersabda, “Marhaban bikum, semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada kalian. Aku berwasiat kepada kalian, bertaqwalah kepada Allah SWT. Telah dekat perpisahan dan telah hampir waktu pulang kepada Allah Ta‟ala. Hendaklah Ali memandikanku, sedangkan Fadlal bin Abbas dan Usamah bin Zaid yang menuangkan air. Kemudian kafanilah aku dengan kainku jika kamu menghendaki, atau dengan kain putih buatan Yaman. Jika kalian selesai memandikanku, letakkan jenazahku di tempat tidur di rumahku ini, diatas pinggir lubang kuburku. Kemudian bawalah aku keluar sesaat. Maka yang pertama kali bersholawat kepadaku adalah Allah „Azza wa Jalla, lalu Jibril, Mikail, Israfil, Izrail bersama pasukannya, kemudian segenap malaikat. Sesudah itu barulah kalian masuk rombongan demi rombongan, dan shalatkanlah aku.”
Begitu mendengar wasiat Nabi, para sahabat tak kuasa menahan tangis. Mereka menjerit…..”Ya Rasulullah, Tuan adalah rasul kami, penghimpun dan pembina kekuatan kami, serta penguasa segala urusan kami. Jika Tuan pergi, kepada siapakah kami kembali?”


Rasulullah SAW bersabda, “Aku tinggalkan kalian di jalan yang terang. Aku tinggalkan untuk kalian dua juru nasihat yang berbicara dan yang diam. Penasehat yang berbicara ialah Al-Quran, penasihat diam ialah maut. Jika kalian menghadapi persoalan yang musykil, kembalilah kepada Al-Quran dan sunnah; dan jika hati kalian kusut, tuntunlah dengan mengambil i‟tibar tentang peristiwa maut.”


Sejak itu, akhir bulan Shafar, Rasulullah SAW jatuh sakit. Semakin lama penyakitnya semakin berat. Suatu saat, ketika para sahabat berkumpul di kediaman Sayyidah Aisyah RA untuk menjaga Rasulullah SAW secara bergantian, Rasulullah SAW bangun dari tempat tidurnya dengan mengenakan ikat kepala, pertanda sakitnya masih berat.


Telaga Haudh


Didepan para sahabat, beliau bersabda, “Wahai para sahabatku….. Sungguh, demi Allah, saat ini telah kulihat Telaga Haudh di hadapanku. Demi Allah, aku tidak takut syirik akan menimpa kalian setelah aku wafat. Tetapi yang kutakutkan, kalian saling berebut dunia, saling hantam memperebutkan kekayaan. Itu yang aku takutkan.” Haudh adalah salah satu telaga di surga.


Dari hari ke hari, kesehatan Nabi semakin memburuk, dan para sahabat mulai cemas. Suatu hari, Senin Subuh, sahabat Bilal mengumandangkan adzan di Masjid Nabawi. Tapi hingga beberapa waktu Nabi belum juga hadir. Ia lalu menyusul ke rumah beliau. Didepan pintu rumah, ia mengucapkan salam, “Assalamu’alaika, ya Rasulullah.”
Nabi tidak menjawab, tapi Sayyidah Fathimah RA keluar sambil menjawab salam, “Alaikassalam….. Kalau ada perlu lain kali saja. Rasulullah sedang demam.”
Mendengar jawaban itu, Bilal tidak paham. Ia lalu kembali ke masjid, menunggu kedatangan Nabi sampai langit disebelah timur mulai menguning. Karena waktu subuh hampir habis, Bilal kembali kerumah Rasulullah SAW.
“Assalamu’alaika, ya Rasulullah…. para makmum sudah menunggu dan langit sudah pula menguning,” katanya.


Saat itu, Nabi agak sadar. Dengan tersendat-sendat beliau membalas salam Bilal, lantas bersabda, “Ya Bilal, aku tahu fajar telah mulai tiba. Beri tahu Abubakar supaya menjadi imam shalat Subuh. Aku sedang sakit, tidak mampu bangun.”
Mendengar jawaban itu Bilal menangis. Dengan langkah terburu-buru tetapi lunglai, ia bergegas kembali ke masjid. Disampaikannya pesan rasulullah SAW kepada Abubakar.
Begitu melihat mihrab kosong, Abubakar menangis. Di mihrab itulah Rasulullah SAW selalu memimpin sholat, mengumandangkan ayat-ayat Al-Quran dengan suara yang nyaring dan fasih. Pribadinya agung, parasnya berwibawa. Kini mihrab itu kosong. Abubakar menangis juga seluruh sahabat, sehingga suasana subuh itu menjadi murung.


Sampai siang, para sahabat berkumpul di masjid menanti berita dari kediaman Rasulullah SAW. Ternyata, Rasululah SAW minta dipapah untuk menuju masjid. Dengan langkah terseok-seok, Nabi keluar rumah dipapah kedua sahabat itu.


Tiba di masjid, Nabi shalat sunnah dua rakaat lalu menuju mimbar. Kakinya terasa berat ketika mendaki tangga. Tubuhnya tampak lemah, tangannya bertelekan. Tak lama kemudian beliau menyampaikan khutbah singkat, namun isinya meresap dan menggetarkan hati. Para sahabat bercucuran air mata…..


“Wahai kaum muslimin, kita hidup di bawah kekuasaan Allah dan kasih sayang-Nya. Maka bertaqwalah kepada-Nya dan taatilah perintah-perintah-Nya”. Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW berwasiat, “Wahai segenap umat manusia, api neraka sudah dinyalakan, fitnah-fitnah telah datang seperti datangnya malam yang gelap. Demi Allah, kamu tidak akan berpegang kepadaku dengan suatu apa pun. Sesungguhnya aku tidak pernah menghalalkan sesuatu melainkan apa yang dihalalkan oleh Al-Qur‟an, dan tidak pula mengharamkan sesuatu melainkan apa yang diharamkan oleh Al-Quran”.
Dipapah Pulang


Abubakar tersedu sedan sementara Umar bin Khattab menahan napas dan tangis hingga dadanya naik-turun. Sedangkan Utsman bin Affan menghela napas panjang, dan Ali bin Abi Thalib menundukkan kepala dalam-dalam. Dalam hati semua sahabat berkata, “Rasulullah akan meninggalkan kita.”


Lelaki agung itu hampir selesai menunaikan tugasnya. Tanda-tanda itu semakin nyata, sehingga dengan tangkas Ali dan Fadhal segera tampil membantu Rasulullah turun dari mimbar. Sangat pelan karena lemah.


Segera setelah itu beliau dipapah untuk kembali pulang ke rumah kediaman. Sejak itu beliau tak mampu lagi bangkit dari tempat tidur. Kondisi beliau semakin gawat, sampai-sampai kain pengikat beliau pun terasa panas. Panas yang sangat tinggi menyebabkan beliau sering tak sadarkan diri.


Melihat kondisi ayahandanya, Sayyidah Fathimah RA terus menangis, “Ya Allah, alangkah berat penderitaan ayahku. Alangkah beratnya, ya Allah….”


Mendengar tangis putri kesayangannya itu, Rasulullah SAW sempat bersabda, “Bersabarlah anakku sayang. Tidak ada lagi penderitaan ayahmu sesudah hari ini…” Nabi SAW berusaha menghibur putrinya agar tidak bersedih hati. Namun sabda Beliau itu juga merupakan pertanda bahwa tinggal pada hari itu beliau merasakan penderitaan. Dan setelah itu, meninggalkan keluarga dan segenap kaum muslimin.


Tepat pada waktu dhuha, datanglah Malaikat Izrail yang diutus oleh Allah Ta‟ala untuk menjemput Rasul SAW. Perintah Allah Ta‟ala kepada Izrail, “Masuklah kalau diizinkan olehnya. Kalau tidak, kembalilah engkau kemari. Berangkatlah dan muncullah di hadapannya dalam wujud seorang lelaki yang sopan dan rapi. “Maka muncullah Malaikat Izrail sebagai seorang lelaki berpakaian putih-putih dengan aroma yang harum mewangi.


“Assalamualaikum, wahai penghuni rumah kenabian….”


“Wa’alaikumussalam. Maaf Rasulullah sedang payah. Datanglah lain kali,” jawab Sayyidah Fathimah RA.


“Assalamu‟alaika, ya Rasulullah. Salam sejahtera untukmu selamanya. Bolehkah saya masuk?” ujar Izrail lagi.


Mendengar salam khusus itu, Nabi membuka mata beliau lalu bertanya kepada Fathimah, “Anakku, ada tamu ya? Siapa yang berada di pintu, hai Fathimah?”
“Seorang laki-laki yang bersih sopan, rapi, dan wangi. Ia memanggil-manggil ayah dan minta izin untuk masuk. Saya bilang, Ayah sedang payah. Saya minta dia dia untuk kembali lain kali.”


Tiba-tiba Nabi SAW memandangi putri tercintanya itu dengan tatapan yang menembus jauh, dengan cahaya pekat yang mengabut.
Sayyidah Fathimah RA menggigil karena hatinya tergetar
“Izinkan tamu itu masuk, Fathimah. Tahukah engkau siapa dia, anakku?” sabda Rasulullah SAW.


“Tidak”
“Dialah penjemput kenikmatan, pemutus nahsu syahwat, dan pemisah pertemuan. Dia adalah malakul maut.”


Sayyidah Fathimah RA kaget, “Ayahanda, jadi mulai hari ini aku tidak akan lagi mendengar suaramu dan memandangi wajah jernihmu?” Sayyidah Fathimah menangis.
Jangan bersedih dan menangis, jantung hatiku. Engkau adalah keluargaku yang mula-mula akan bersamaku di hari kiamat,” sabda Rasul SAW


Mendengar itu, barulah Sayyidah Fathimah RA lega.
“Engkau datang untuk berziarah atau untuk mencabut nyawaku?” Tanya Nabi.


“Aku datang untuk berziarah, juga menjemput Tuan jika Tuan mengizinkan. Tetapi kalau tidak aku akan kembali.”


“Engkau datang sendirian? Dimana engkau tinggalkan Jibril?” Tanya Nabi sambil tersenyum.


“Aku tinggalkan dia di Jibril Tergagap Maka Malaikat JIbril pun turun ke bumi, menuju rumah kediaman Rasul, lalu duduk disebelah kepala Rasulullah SAW.
Beberapa saat Nabi memandangi Jibril, lalu dengan sayu beliau bersabda, “Jibril, mengapa berlambat-lambat? Tidakkah engkau tahu saat yang dijanjikan itu hampir tiba?”
“Beri tahu aku bagaimana hakku di hadapan Allah nanti.” sabda Nabi lagi.
“Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat berbaris berlapis-lapis menunggu kehadiran ruh Tuan, seluruh gerbang surga terbuka sebagai persemayaman Tuan.”
Namun wajah Nabi tetap suram dan gelisah. Lalu sabdanya lagi, “Jibril, bukan berita itu yang kuinginkan. Beritahu aku, bagaimana umatku besok di hari kiamat.”
Maka dengan tenang Jibril menjawab, “Ya Rasulullah, Allah Ta‟ala berfirman, „Aku haramkan surga dimasuki oleh para nabi sampai engkau, Muhammad, masuk terlebih dahulu. Dan aku haramkan umat para nabi masuk ke dalamnya sampai umatmu, Muhammad, masuk terlebih dahulu.”


Mendengar jawaban itu, barulah wajah Nabi berseri-seri. “Alhamdulillah. Kalau begitu hatiku tenang, wahai Jibril.” Beliau merasa tenteram, karena kaum muslimin mendapat hak dan tempat istimewa di hadapan Allah SWT. Bibir beliau yang sudah memucat itu menyunggingkan senyum. Senyum istimewa itu juga beliau tujukan kepada Malaikat Izrail ketika beliau mempersilakan sang Pencabut Nyawa itu melaksanakan tugasnya.
Pada waktu yang bersamaan suasana gundah gulana menggantung berat di ruangan sempit itu. Angin kota Madinah yang meniupkan hawa dingin tapi kering tambah dalam menusuk tulang. Sejengkal demi sejengkal matahari pun semakin meninggi ketika Malaikat Izrail berancang-ancang untuk mencabut nyawa Rasulullah SAW.


Penderitaan Nabi SAW semakin menghebat ketika nyawa beliau, yang dicabut oleh Izrail dengan sangat pelan dan lembut, sampai di pusat. Dahi dan sekujur wajah beliau bersimbah peluh. Urat-urat di wajah beliau menegang dari detik ke detik. Sambil menggigit bibir, Nabi SAW berpaling ke arah malaikat Jibril. Mata Rasulullah SAW pun basah, cahayanya pun semakin meredup. “Ya Jibril, betapa sakitnya! Oh, alangkah dahsyatnya derita sakaratul maut ini.”


Sayyidah Fathimah RA memejamkan mata, sementara Ali bin Abi Thalib, yang berada disamping Rasulullah SAW, menundukkan kepala, sedangkan
Malaikat Jibril memalingkan muka. “Ya Jibril, mengapa engkau berpaling? Apakah engkau benci melihat wajahku?” tanya Rasul SAW.,P.
“Sama sekali tidak, ya Rasulullah. Siapakah yang tega menyaksikan Kekasih Allah dalam kedaaan seperti ini? Siapakah yang sampai hati melihat Tuan kesakitan?” jawab Jibril terbata-bata.


Rasa sakit itu kian memuncak. Sekujur tubuh Nabi menggigil. Wajah beliau semakin memucat, urat-uratnya menegang. Dalam keadaan sakit tak tertahankan itu beliau berdo‟a, “Ya Allah, alangkah sakitnya! Ya Allah, timpakanlah sakitnya maut ini hanya kepadaku, jangan kepada umatku.”


Ushikum Bishshalati


Mendengar sabda Rasul itu, Jibril tersentak. Betapa agung pribadi Rasulullah SAW. Dalam detik-detik paling gawat dan menyiksa, bukan kepentingan sendiri yang dimohonkan, melainkan kepentingan umatnya. Andai beliau mohon agar rasa sakit itu dicabut, pasti Allah SWT mengabulkannya. Namun beliau lebih memilih sebagai tumbal agar derita itu tidak menimpa umatnya.


Ketika Jibril menyadari keadaan di sekelilingnya, Izrail sudah dengan sangat santun menarik nyawa Nabi SAW sampai di dada. Maka napas beliau pun mulai menyesak. Rasa sakit semakin menghebat. Ketika itulah, lelaki agung itu menengok ke arah sahabat-sahabatnya, lalu bersabda dengan suara lirih dan pandangan sayu, “Ushikum bishshalati wa ma malakat aimanakum (Aku wasiatkan kepada kalian untuk mendirikan sholat, dan aku wasiatkan kepada kalian orang-orang yang menjadi tanggungan kalian).”
Sejenak kemudian, kondisi Rasulullah SAW bertambah kritis. Para sahabat saling berpelukan lantaran tak kuat menahan pilu. Dan ketika itulah tubuh Nabi SAW mulai dingin. Hampir seluruh bagian tubuh beliau tidak bergerak-gerak lagi. Mata beliau pun berkaca-kaca dan menatap lurus ke langit-langit hanya sedikit terbuka.


Menjelang akhir hayat beliau, Ali bin Abi Thalib melihat Nabi SAW dua kali menggerak-gerakkan bibir beliau yang sudah membiru. Maka Ali pun cepat-cepat mendekatkan telinganya ke bibir Nabi. Ia mendengar Nabi SAW memanggil-manggil, “Ummati, ummati…. (Umatku, umatku…).” Dengan memanggil-manggil umatnya inilah, Rasul Akhir Zaman itu wafat di pangkuan istri tercinta, Sayyidah Aisyah RA, pada hari Senin, 12 Rabi‟ul Awwal 11 H, bertepatan dengan tanggal 3 Juni 632 Masehi, dalam usia 63 tahun.
Maka meledaklah tangis para sahabat. Sang kekasih Allah telah wafat, membawa cinta yang agung, cinta kepada umat, hingga akhir hayat. Bahkan dibawanya sampai Padang Mahsyar. Ketika nyawa sudah sampai tenggorokan. Pemimpin Besar dan Pencipta Peradaban itu bukan mengkhawatirkan keluarganya, melainkan memprihatinkan umatnya. “Ummati, ummati….”


Sesaat sebelum wafat, sebagaimana tercatat dalam Shahih Bukhari, Rasulullah SAW masih sempat berwasiat dan menghibur umatnya. Beliau
bersabda, “Wahai umatku, kalian akan melihat hari yang tidak kalian sukai, yaitu perpecahan dan fitnah dari berbagai musibah yang akan datang. Akan tetapi hendaklah kalian bersabar sampai berjumpa denganku di Telaga Haudh kelak…”


Sementara itu, dari sumber kitab Shahih Bukhari diriwayatkan, pada Senin subuh itu Nabi SAW merasa kondisinya mulai membaik. Maka ketika mendengar adzan, beliau memutuskan untuk pergi ke masjid sekalipun kondisinya masih lemah. Ketika beliau masuk masjid, shalat sudah dimulai. Para sahabat pun menjerit, mengucapkan, “Sub-hanallah, sub-hanallah”, pertanda gembira dan bersyukur menyaksikan kondisi kesehatan junjungan mereka yang mulai membaik.


Begitu melihat Nabi datang, para sahabat hampir membatalkan shalat. Namun, beliau memberi isyarat agar mereka meneruskannya.


Abubakar Mundur


Sejenak beliau berdiri menatap mereka dengan bahagia. Wajahnya berseri-seri menyaksikan ketaatan umatnya. Sampai-sampai Annas bin Malik berkata, “Belum pernah aku melihat pandangan yang lebih menakjubkan dari wajah Nabi SAW (ketika itu).” Kemudian beliau tersenyum.


Abubakar Ash-Shiddiq, yang menjadi imam shalat, menyadari apa yang terjadi di belakangnya. Yakni, pasti Rasulullah SAW ada di masjid. Maka tanpa menoleh, ia pun mundur. Tetapi, Nabi segera memegang pundaknya dan mendorongnya maju agar terus sebagai imam, sementara Nabi SAW shalat di sebelah kanan Abubakar dalam posisi duduk.
Usai shalat, Nabi kembali ke rumah Sayyidah Aisyah RA dipapah oleh Fadlal dan Tsawban, sementara Ali dan Abbas mengikuti dari belakang. Sampai di rumah, Nabi SAW kembali ke tempat tidur, berbaring di pangkuan istri tercintanya itu. Dan ternyata, shalat subuh tadi adalah yang terakhir kali Nabi SAW shalat berjamaah dengan para sahabatnya. Ketika itulah segenap kekuatan Nabi SAW melemah.


Saat Abdurrahman bin Abubakar masuk ke dalam kamar sambil membawa siwak (sikat gigi dari kayu arak), Sayyidah Aisyah RA melihat Nabi SAW sepertinya menginginkannya. Maka ia pun meminta siwak itu, membersihkannya, lalu memberikannya kepada ayahanda tercinta. Lalu beliau pun membersihkan gigi dengan cekatan, sekalipun kondisinya cukup lemah.


Tak lama kemudian kesadaran Rasulullah SAW hilang. Sayyidah Aisyah RA mengira beliau tengah menghadapi sakaratul maut. Tapi, sekitar satu jam kemudian, beliau membuka mata. Sayyidah Aisyah RA teringat Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tidak ada seorang nabi pun yang dicabut nyawanya sebelum ia ditunjukkan tempatnya di surga.” Sayyidah Aisyah RA pun paham, inilah saat sakaratul maut itu.


Sejenak kemudian, Nabi SAW bersabda dengan suara bergumam, “Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama orang-
orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, shiddiqin, syuhada, dan orang-orang shalih. Mereka itulah sahabat yang paling baik.” – QS An-Nisaa (4): 69. Setelah itu, beliau kembali bergumam, “Ya Allah, aku memilih bersama Yang Mahamulia.”
Setelah itu, kepala Nabi SAW berangsur-angsur terasa bertambah berat di pangkuan Sayyidah Aisyah RA, sehingga para istri yang lain menangis. Sayyidah Aisyah RA lalu membaringkan kepala beliau di bantal, kemudian menangis bersama istri Nabi SAW yang lain.


Dalam Shahih Bukhari dikisahkan, begitu mendengar Rasulullah SAW wafat, Abubakar Shiddiq berlari menuju rumah kediaman Sayyidah Aisyah RA. Namun jasad Nabi SAW telah membujur kaku. Ketika menyingkap kain yang menutup tubuh Nabi SAW, ia menangis sambil memeluk wajah Sang Rasul. Saat memandikan jenazah Rasulullah, Ali bin Abi Thalib berkata, “Wahai Rasulullah, ketika hidup, Tuan semerbak mewangi. Ketika wafat pun, tubuh Tuan tetap wangi.”


Ya… Rasulullah SAW, dan syari‟atnya, tetap akan selalu semerbak mewangi sampai hari kiamat

Wednesday, April 22, 2009

Membenci atau Menyukai, Adakah Perlu...



Assalammualaikum dan salam sejahtera,

Mengapa kita sering memikirkan sesuatu perkara didalam kehidupan kita? Kita fikirkan kerana kita mungkin terlalu benci atau kita mungkin menyukainya. Jarang-jarang kita memikirkan sesuatu perkara yang tidak disukai atau tidak kita benci, oleh sebab itu jika kita membenci sesuatu kita perlu lebih berhati-hati agar kita benci dengan asas yang betul kerana Allah swt. Takut nanti apa yang kita benci pula menjadi apa yang kita sukai.

Ada seorang pemuda yang terlalu membenci seorang gadis, segala apa yang dilakukan oleh gadis tersebut sentiasa ada silap dan salahnya pada pandangan pemuda ini. Mungkin disebabkan terlalu memikirkan tentang sikap dan keadaan gadis ini akhirnya lahir perasaan ambil berat dan akhirnya cinta dan perkahwinan. Oleh sebab itu tidak keterlaluan apabila membenci seseorang agar kita mendapat yang terbaik. Mungkin apa yang kita benci itu akan memberikan kebaikan kepada diri kita dan mungkin apa yang kita suka menyebabkan kehidupan kita menderita. Kita hanya manusia yang mampu melakukan sebab-sebab yang memungkinkan berlakunya yang baik dan ketentuan hasil adalah milik Allah swt.

Jika kita memikirkan kita bahagia, sebenarnya ramai lagi manusia yang bahagia, sekiranya kita memikirkan kita derita, tentunya ramai lagi manusia yang kehidupannya penuh dengan deritaan, sekiranya kita berfikir kita telah melakukan begitu banyak kebaikan, ramai lagi orang yang tellah mengorbankan diri mereka untuk melakukan kebaikan didalam kehidupan mereka. Yang penting kita perlu bertanya apakah kebaikan-kebaikan yang telah kita lakukan didalam kehidupan kita yang singkat ini? Apakah begitu banyak harta yang telah kita berikan buat manusia lain? Apakah begitu banyak ilmu yang kita telah kongsikan untuk mengubah kehidupan manusia lain? Apakah kita telah mendidik anak-anak kita agar mereka menjadi anak yang soleh dan solehah yang akan sentiasa mendoakan kita apabila kita mati kelak.

Kita perlu memperhatikan kepada persoalan ini kerana soalan ini akan memberikan begitu banyak perubahan atas penghidupan kita dialam barzah atau di akhirat nanti. Kita mungkin banyak harta sekarang tetapi harta itu tidak boleh di bawa mati. Kita mungkin ada banglo yang besar, kereta besar, isteri yang cantik dan menawan, anak-anak yang menyenangkan namun adakah segala-gala ini akan dapat membantu kehidupan selepas kematian diri kita. Segala-gala akan berpisah kecuali tiga perkara yang telah dibincangkan diatas.

Mari kita semak sejauh manakah persediaan yang telah kita gunakan dan sejauh mana pula kita boleh mengambil pelajaran untuk memperbaiki akan kehidupan kita agar kita sentiasa mengingati Allah swt didalam kehidupan kita. Allah hu alam.

********************************************
PISANG DAN HATI


Maryam, guru kelas Tadika menganjurkan satu permainan yang sungguh menarik untuk murid-muridnya. Setiap murid diminta membawa beg plastik yang berisi pisang yang tertulis nama orang yang paling mereka benci ke kelas pada esok hari. Jadi, jumlah pisang yang perlu dibawa bergantung kepada jumlah orang yang dibenci.

Keesokan harinya, setiap murid membawa beg plastic berisi pisang masing-masing. Ada yang membawa tiga biji, ada juga lima biji dan paling banyak lapan biji. Semuanya sudah ditulis nama orang yang paling mereka benci.

"Sekarang simpan pisang tu. Jangan lupa bawa ke mana sahaja kamu pergi selama seminggu. Inilah permainannya. Selepas seminggu, kita akan tahu keputusannya" beritahu Cikgu Maryam. Kanak-kanak tersebut menyimpan pisang masing-masing di dalam beg.

Hari demi hari berlalu, pisang tersebut mula berbintik-bintik dan akhirnya menjadi busuk . Kanak-kanak itu mula merungut dan marah. Mereka tidak menyukai permainan itu lagi kerana selain beg berat, badan berbau busuk. Ada yang menangis, enggan meneruskan permainan.

Seminggu berlalu, pagi-pagi lagi murid-murid Maryam sudah bersorak. Permainan sudah tamat. Tidak ada lagi beban dan bau busuk yang perlu dibawa.

"Okey semua, apa rasanya bawa pisang dalam beg ke sana ke mari selama seminggu?" tanya Cikgu Mayam. Semuanya serentak mengatakan mereka benci permainan itu. Mereka hilang kawan, sering diejek dan terpinggir. Lebih teruk lagi, terpaksa tidur, makan, mandi, bermain dan menonton TV dengan bau busuk.

"Itulah sebenarnya yang berlaku kalau kita simpan perasaan benci pada orang lain dalam hati. Bau busuk kebencian itu akan mencemari hati dan kita akan membawanya ke mana saja kita pergi. Jika kamu sendiri tidak boleh tahan dengan bau pisang busuk hanya untuk seminggu, cuba bayangkan apa akan jadi kalau kamu simpan kebencian sepanjang hidup kamu" beritahu Cikgu Maryam.

Maryam mengingatkan anak muridnya supaya membuang jauh-jauh perasaan benci daripada membebani hidup. Kemaafan adalah yang terbaik. Menyayangi lebih baik darpada membenci.


Moralnya, jangan letak pisang dalam beg. Jangan simpan kebencian, dendam kesumat dan apa-apa yang mazmumah dalam hati.. Macam pisang yg makin membusuk, begitu juga hati

Monday, April 20, 2009

Keikhlasan memberikan kejayaan...

Assalammualaikum dan salam sejahtera,

Kehidupan yang dilalui penuh dengan amal-amal dan juga pengorbanan yang kita lakukan untuk mendapatkan kebaikan, ada yang melakukan sesuatu untuk mendapatkan pujian da nada yang melakukan untuk mendapat sanjungan dan perhatian. Namun walau apa sahaja yang kita lakukan semuanya adalah kepada apa yang kita niatkan. Allah swt hanya menerima yang bersih dan tidak bercampur aduk dengan yang lain.

Oleh sebab itu begitu sukar untuk kita niatkan hanya kepada Allah swt, kadang kala ada sedikit yang kita niatkan kepada perkara perkara-perkara lain dari Allah swt dan ini akan menyebabkan segalanya tidak diterima oleh Allah swt. Apakah kita benar-benar nak mencari keredaan Allah swt didalam semua tindakan kita? Apakah hanya kepada Allah swt sahaja harapan ganjaran kita atau kita masih mencari lagi pujian-pujian dari manusia.

Tidakah kita sedar bahawa kita terlalu lemah hingga untuk menahan kencing atau menahan kentut pun kita tidak mampu melakukannya, apatah lagi bagi melakukan banyak perkara yang ada dibumi ini semuanya adalah didalam perencanaan Allah dan allah swt yang memberikan usaha untuk kita Berjaya melakukannya, mengapa pula kita hendak berbangga dengan apa yang diberikan oleh Allah swt. Allah swt mengetahui apa yang telah dan ingin kita lakukan dan ia juga mengetahui bagaimanakan seharusnya kita melakukan segala sesuatu, namun ia mahu melihat bagaimanakah hati kita meletakkan Allah swt didalam keputusan dan tindakan yang ingin kita lakukan. Adakah kita melakukan segala-gala kerana Allah swt atau kita melakukan sesuatu kerana selain dari Allah swt.

Begitu mudah untuk melakukan sesuatu kerana bukan selain allah swt, kita sering bertindak kerana mengikut hawa nafsu dan juga melakukan sesuatu bukan atas sebab-sebab yang benar, kita sukar melakukan sesuatu kerana Allah swt kerana kita sering mahu mendapatkan pujian, kita mahu mendapatkan nama, kita mahu mendapatkan kekayaan dan harta. Bukankah segala-galanya adalah milik Allah swt dan Dia mampu memberikan apa sahaja kepada yang dia kehendaki dan jika kita berserah kepada Allah swt, Dia akan memberikan yang terbaik kepada kita, namun sejauh mana kita dapat merasakannya.

Memperkatakan keikhlasan adalah melakukan sesuatu tanpa memerlukan pujian, tanpa memerlukan sanjugan atau melakukan sesuatu tanpa mendapat apa-apa balasan dalam apa sahaja bentuk. Harapan hanya memerlukan balasan dari Allah swt yang maha mencipta dan maha pengasih. Pengorbanan yang begitu agung kerana mahukan janji-janji Allah sahaja dan imbuhan dunia adalah iringan yang diberikan oleh Allah swt bukan suatu yang mesti akan diperolehi. Keikhlasan akan meletakkan Allah swt sebagai matlamat hidup dan segala-galanya adalah untuk Allah swt. Allah swt matlamat kami dan ar rasul pimpinan kami. Allah hu alam

*****************************************
Beramal dan ibadah perlu dengan keikhlasan

Allah menjadikan manusia untuk beribadah dan memperhambakan diri kepadaNya. Ini jelas dari firman Allah s.w.t. yang bermaksud: “Tidak aku menjadikan manusia dan jin kecuali untuk beribadah kepadaku”.
Keikhlasan beribadah seseorang kepada Allah adalah bertolak dari niat seseorang itu mengerjakan ibadah tersebut. Ini jelas sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah s.a.w di dalam hadisnya yang bermaksud: “Sesungguhnya segala perbuatan yang dilakukan itu dengan niat dan sesungguhnya tiap-tiap manusia apa yang diniatkannya maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasulnya maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasulnya dan barangsiapa yang hijrahnya kepada dunia yang ia ingin memperolehinya atau kepada perempuan yang hendak dinikahinya maka hijrahnya itu kepada apa yang ia inginkan.”

Setiap ibadah yang kita lakukan seperti sembahyang, puasa, zakat, sedekah dan lain-lain perlu kepada keikhlasan semata-mata kerana Allah kerana keikhlasan hati dalam mengerjakan ibadah adalah menjadi syarat penerimaan ibadah itu oleh Allah s.w.t. Sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w. :“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa kamu, Dan harta kamu dan sesungguhnya Allah melihat kepada hati dan amal ibadah kamu.” Dengan ini jelas Allah s.w.t melihat hati manusia untuk menilai dan menentukan amal ibadat yang dikerjakan kerana Allah atau sebab-sebab lain.

Sesungguhnya ikhlas itu roh atau jiwa sesuatu amalan. Sesungguhnya sesiapa yang beramal tanpa keikhlasan semata-mata kerana Allah di dalamnya maka amalan yang ditunaikan itu tiada mempunyai roh dan tidak memberi kesan dan tidak diterima oleh Allah s.w.t.
Sabda Rasulullah s.a.w. :“Allah tidak menerima amalan melainkan amalan yang dikerjakan dengan tulus dan ikhlas baginya dan bertujuan mendapat keredaanNya”
Ia juga merupakan landasan yang kukuh di atas mana-mana orang yang melaksanakan bermacam-macam amal dan tugas kebaikan dan sifat keikhlasan itulah pokok segala kebahagiaan. Sesuatu kerja yang tidak keluar dari hati yang ikhlas nescaya tidak menghasilkan buah bahkan mungkin akan merugikan kepada diri sendiri. Orang yang bekerja tanpa keikhlasan dia bekerja hanya untuk lahir sahaja lupa kepada tujuan dan matlamat dia bekerja sedang tiap-tiap amal tanpa ikhlas pasti tidak menghasilkan pahala di sisi Allah.

Orang yang tidak mempunyai keikhlasan hati bererti yang berdiri di tempat gelap tidak mempunyai lampu cahaya untuk meneranginya, tidak mempunyai sayap untuk terbang tinggi, dia bekerja hanya untuk dorongan hawa nafsu sahaja. Cara yang demikian menjatuhkan tuannya ke lembah kebinasaan dan kehinaan. Tuhan memerintahkan kita semua beramal dan beribadat dengan keikhlasan hati. Segala pengabdian diri terhadap Allah hendaklah dilakukan seikhlas-ikhlasnya dengan penuh kebenaran, keadilan, kebijaksanaan dan kesabaran, sepertimana firman Allah s.w.t. di dalam surah Al-A’raf
Maksudnya: “Hadapkanlah muka kamu dengan lurus, tulus dan ikhlas tiap-tiap mengerjakan sembahyang dan serulah Tuhanmu sambil mengikhlaskan diri kepadaNya”

Dalam surah yang lain Allah menerangkan maksudnya: “Tidaklah mereka diperintahkan kecuali untuk berbakti memperhambakan diri kepada Allah dengan penuh keikhlasan”
Dari ayat di atas kita dapat memahami bahawa Allah memerintahkan kita semua supaya mengabdikan diri kita kepadaNya dengan tulus ikhlas dengan erti kata kita kerjakan sesuatu amalan, sesuatu kerja kerana Allah bukan sekali-kali kerana sesuatu atau seseorang yang lain lebih-lebih lagi kerana kedudukan dan kebendaan keduniaan.
Syeikh Al Khushairi seorang pengasas Tasauf menerangkan bahawa ikhlas itu ialah mengerjakan ibadah kerana ingin memperdekatkan diri kepada Allah s.w.t. bukan kerana untuk mencari kesayangan orang atau sesuatu hal yang lain selain daripada mengtakarufkan diri kepada Allah Tuhan yang menjadikan kita.

Sifat keikhlasan hati itulah yang menjadi pedoman kepada seseorang di dalam pekerjaan atau perkhidmatan. Ianya merupakan alat yang menyampaikan cita-cita yang mulia. Orang yang bekerja dengan penuh keikhlasan hatinya kerana Allah tentunya tidak mudah patah atau putus harapan di tengah jalan. Tidak mudah putus asa, dia tidak akan puas hati sebelum pekerjaan yang dilaksanakannya itu berhasil sepenuhnya. Mereka di dalam bekerja teguh pendirian kuat hemah dan kemahuan, dia tidak akan tersinggung hati lantaraan celaan dan kritikan orang lain. Tidak sombong kerana menerima pujian, tidak bangga kerana dinaikkan pangkat atau mendapat harta yang banyak dan kedudukan yang baik malahan orang yang bekerja dengan ikhlas tetap terus berusaha hingga tercapai yang dicita-citakan dan tidak akan memberhentikan kerja itu walaupun akan menghadapi rintangan, halangan dan menempuh pengorbanan yang besar kerana mereka mengharapkan keredaan Allah yang tidak ada batasannya.

Dalam hubungan ini Hujjatul Islam Imam Ghazali ada berkata : “Manusia semuanya mati kecuali yang masih hidup adalah orang yang berilmu tetapi umumnya orang yang berilmu itu sedang nyenyak tertidur kecuali yang jaga adalah orang yang berilmu dan beramal. Tetapi orang yang beramal itu pula sering tergoda atau terpedaya kecuali yang tidak terpedaya hanya orang yang ikhlas tetapi ingatlah bahawa ikhlas itu berada di dalam keadaan yang amat sulit ibarat telur di hujung tanduk”

Demikian caranya Imam Ghazali memberikan gambaran yang tepat terhadap sifat yang ikhlas itu dan kita harus yakin bahawa suatu amal yang dikerjakan dengan ikhlas ujudnya akan kukuh dan mestipun amal itu terpaksa juga tumbang kerana dilanda zaman tetapi kesannya tetap abadi. Oleh kerana itu sifat ikhlas di dalam beribadah amat penting dan dia merupakan senjata yang tidak luntur bagi menghadapi gangguan yang lahir dari syaitan sebagaimana firman Allah s.w.t.

Maksudnya: “Iblis berkata wahai Tuhanku oleh sebab engkau telah memutuskan aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang perbuatan baik di muka bumi ini dan pasti aku akan menyesatkan mereka kecuali hamba-hambaMu yang mengerjakan amal ibadat dengan penuh keikhlasan.”

Untuk dijadikan contoh mengenai ikhlas ini marilah kita meninjau satu riwayat cerita di dalam hadis Rasulullah s.a.w. yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abi Hurairah bererti:
“Aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda bahawasanya manusia yang pertama dipanggil untuk diadili di hari kiamat ialah orang yang mati syahid. Dia datang kepada Allah TuhanNya sambil dia sendiri telah mengetahui nikmat apa yang akan diterimanya. Allah bertanya kepadanya apakah amal kamu? “Jawabnya aku berperang untukmu hingga aku mati syahid”. Allah berkata kepadanya “Engkau bohong, engkau berperang agar manusia mengatakan engkau seorang gagah, berani dan engkau sudah dikatakan begitu sebagaimana yang engkau kehendaki. Kemudian orang itu dihela masuk ke neraka.

Adapun yang menuntut ilmu dan telah mengajar pula serta menjadi pembaca Al-Quran, orang ini dibawa ke pengadilan Tuhan di hari kiamat sedang dia sendiri telah mengetahui nikmat yang akan diterimanya. Dihadapan Tuhan ditanya apa amalmu jawabnya “Aku banyak membaca Al Quran.” Berfirman Allah kepadanya “Engkau bohong!
Engkau menuntut ilmu itu agar dikatakan orang engkau seorang yang alim, engkau membaca Al-Quran itu supaya dikatakan orang seorang Qari dan yang demikian itu telah engkau dikatakan orang kemudian orang itu pun dihela masuk ke dalam neraka.

Adapun seorang lelaki yang telah mendapat kelapangan rezeki sebahagian hartanya dibahagikan kepada orang lain kemudian orang itu pun dibawa menghadap Allah untuk dibicarakan dan dia sendiri telah mengetahui nikmat yang akan diterimanya. Di hadapan Allah dia ditanya apa kerjamu dia menjawab “Aku telah membelanjakan hartaku kepada jalan yang engaku redhai dan itu telah aku kerjakan kerana engkau”. Allah telah berfirman kepadanya “Engkau berbohong engkau berbuat demikian itu adalah supaya dikatakan orang engkau seorang pemurah sedangkan yang demikian itu telah dikatakan orang kemudian orang itu pun dihela masuk ke dalam api neraka.”
Demikianlah riwayat hadis tiga jenis orang beramal tidak ikhlas. Amalan mereka ditolak tidak diterima oleh Allah dan akibatnya mereka dicampakkan ke dalam api neraka.

Beramal dan beribadah perlu kepada keikhlasan dan kejujuran dan untuk menjadikan amalan itu agar kekal abadi sempurna lahir dan batin perlulah kita lakukan segala amalan dengan tulus dan ikhlas semata-mata kerana Allah Taala dan hendaklah segala amalan kebajikan yang kita lakukan dapat dilakukan dengan seikhlas-ikhlasnya supaya ianya benar-benar dapat diterima oleh Allah s.w.t. dan dapat meningkatkan ketaqwaan kita kepadaNya. Syurga Allah hanya milik mereka yang taat melaksanakan perintah Allah dengan penuh kesabaran dan keikhlasan dan merekalah orang-orang yang berjaya dunia dan akhirat. Kejayaan dunia tanpa ketaatan dan keikhlasan kepada Allah hanyalah tipudaya dan perhiasan yang mengasyikkan dan mereka akan rugi-seruginya di akhirat.
Oleh nurjeehan

Thursday, April 16, 2009

Dimanakan ku cari cinta?

Assalammulaikum dan salam sejahtera,

Apabila memperkatakan cinta tentunya suatu yang indah dan penuh dengan kemanisan, hanya orang yang dilamun cinta sahaja akan dapat merasai dan untuk menceritakan mungkin sukar akan dipahami bagi orang yang belum melaluinya. Berbagai-bagai perasaan yang ada ketika bercinta namun yang positive sentiasa mengatasi segala perasaan lain. Pengorbanan adalah lambang bagi cinta yang agung, tiada rasa takut, tiada rasa bimbang, tiada rasa keletihan bagi melindungi atau memberikan yang terbaik buat yang dicintainya.

Bagaimana perasaan cinta kita kepada ALLAH SWT? Kita dalam satu perjalanan untuk memilih cinta, apakah kita telah melakukan suatu keputusan untuk memilih cinta Allah swt didalam kehidupan ini? Tanpa kita memilih masa terus berlalu dan akhirnya masa yang kita ada semakin berkurangan dan kita tidak kesempatan untuk membuktikkan cinta kita kepada Alllah swt, bukan berapa lama kita bercinta yang penting tetapi apakah selepas kita melakukan keputusan untuk benar-benar bercinta kita dapat melakukan dengan sebaik mungkin dengan sepenuh hati dan keikhlasan kepada Allah swt.

Mungkin sukar untuk merasakan akan penyerahan yang sebenar-benarnya atas dasar cinta yang tulus untuk mendapat keredaan dari Allah swt. Cinta itu akan menyebabkan kita tiada kebebasan didalam pilihan kita, kita terasa setiap detik dan masa yang berlalu akan terfikir apakah yang boleh ku lakukan bagi mendapat keredaaNya, terasa akan sentuhan dan kata-kataNya melalui Al Quran, merasai kemanisan dan sentiasa kegembiraan kerana janji yang benar. Kehidupan ini seperti suatu perjalanan yang ternanti-nanti bilakah akan berakhirnya kerana tidak sabar untuk menemui kekasih dengan membawa apa sahaja yang mungkin untuk membuktikan cinta.

Setiap saat yang berlalu sungguh besar ertinya kerana setiap saat perlu untuk melakukan pengorbanan bagi menyediakan diri agar sentiasa dikasihi, tidak sanggup terputus dengan pandangan, tidak sanggup melakukan sesuatu yang akan menyebabkan kekasih membenci, tidak sanggup berpisah kerana segalanya adalah demi yang tercinta. Adakah ini perasaan laila majnun? Mungkinkah pencarian ini dapat dilakukan oleh manusia hari ini? Adakah kita mampu mendapatkan segala-galanya sekiranya kita tidak bermula sekarang melihat kitab Al Quran yang merupakan sumber segala kebenaran bagi kehidupan dunia dan akhirat.

Sekiranya hari ini kita bermula untuk melihat satu ayat Al Quran dan merenung dengan teliti, kita perlukan 22 tahun 22 hari untuk menelitinya, (ayat alquran = 6666 atau 6620 ayat) sekiranya kita menghafal satu ayat sehari mungkin setelah 22 tahun nanti kita akan menjadi orang yang menghafal Al quran. Namun masa tetap berlalu, 22 tahun tetap akan mendatang dan adakah mungkin kita dapat melakukannya bergantung sejauh mana kita benar-benar mencari cinta abadi Allah swt didalam kehidupan kita. Allah hu alam.

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Erti Cinta & Perkahwinan

Suatu pagi yang dingin, terjadilah satu perbualan antara seorang guru falsafah dan pelajarnya...

Pelajar: guru, apakah erti cinta..? bagaimanakah saya boleh mendapatkannya...?

Guru: ada sebuah ladang gandum yang luas didepan sana ,berjalanlah kamu dan jangan sesekali kamu berundur. kemudian ambillah satu ranting. Sekiranya kamu mendapati ranting tersebut sangat menakjubkan, ertinya kamu telah menemui cinta.

Pelajar tersebut pun berjalan dan tidak berapa lama dia kembali dengan tangan yang kosong.

Guru bertanya: Mengapa kamu tidak membawa sebatang ranting pun...?

Pelajar menjawab: Saya hanya terpaksa memilih satu ranting saja dan sewaktu berjalan saya tidak boleh mengundur kebelakang semula. Sebenarnya saya telah berjumpa dengan satu ranting yang paling menakjubkan tapi saya tak tahu apakah yang akan menakjubkan di hadapan sana nanti, maka saya biarkan ranting itu lalu saya dapati tidak ada lagi ranting yang paling menakjubkan selain daripada yang saya lihat tadi. jadi saya tidak mengambil sebatang pun akhirnya.

Gurunya menjawab: Ye, itu lah cinta...

Di hari lainnya pula pelajar tersebut bertanya kepada gurunya, apa itu perkahwinan...?

Guru: Ada hutan yang subur didepan sana . berjalanlah kamu. Tetapi janganlah kamu sesekali mengundur kebelakang. Tebanglah sepohon pokok saja dan tebanglah jika kamu merasakan bahawa pohon tersebut adalah yang paling cantik, segar dan tinggi kerana kamu telah menemukan apa itu perkahwinan.

Pelajar tersebut pun berjalan dan tidak berapa lama dia datang semula dengan membawa sepohon kayu, walaupun pohon tersebut tidaklah berapa segar, cantik dan tinggi pada pandangan guru tersebut.

Maka gurunya pun bertanya: mengapa kamu memotong pohon seperti ini....?

Pelajar itu menjawab: sebab berdasarkan pengalaman ku sebelum ini, aku hanya berjalan separuh daripada hutan tersebut dan aku takut akan kembali dengan tangan kosong. Jadi saya mengambil kesempatan menebang pohon ini lalu dibawa kesini. Pada pandangan saya ianya adalah pohon yang terbaik buat saya. Saya tidak mahu kehilangannya atau menyesal kerana tidak memilihnya...

Maka guru itu menjawab: itulah perkahwinan.......

Kesimpulannya, usahlah terlalu memilih cinta, ditakuti anda akan terlepasnya, dan janganlah terlalu memilih jodoh, terimalah pasangan anda dengan seadanya. Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Setiap insan pasti ada kelebihan dan kekurangannya .

Tuesday, April 14, 2009

Peringatan Suatu Keperluan

Assalammualaikum dan salam sejahtera,

Masa tetap berlalu dan akan terus meninggalkan kita, tanpa kita sedari dahulu kita kanak-kanak penuh dengan keriangan, tidak pernah memikirkan tanggung jawab, tidak memikirkan tentang kerja, tentang pelajaran, yang kita tahu hanya bermain dan bersuka ria. Namun dengan masa berlalu usia semakin bertambah dan kita memulakan suasana persekolahan dengan penuh semangat untuk mendapatkan ilmu –ilmu baru didalam mencari kejayaan kehidupan, kita belajar dari satu tahap kesatu tahap dan akhirnya kita berjaya menjejakkan kaki kita ke universiti dan berjaya mendapat segolong ijazah.

Masa terus berlalu dan kita mula ingin mendirikan rumah tangga, kita mencari pasangan dan bertemu, berkahwin dan membina keluarga bahagia yang kita idam-idamkan. Masa terus berlalu kita punya cahaya mata seorang kemudian berdua dan terus bertambah, tanggung jawab semangkin banyak dan kita terus sibuk dengan amanah-amanah yang terus mendatang didalam kehidupan kita. Kesibukan menyebabkan kita tidak sempat mempersiapkan diri untuk kematian, pangkat semakin tinggi, pendapatan semakin banyak dan perbelanjaan serta keperluan juga bertambah-tambah.

Kita terus sibuk dan masa terus berlalu, akhirnya tiba masa untuk kita berehat, tiba masa untuk kita berpencen, usia sudah hampir kepada penghujung, persediaan apakah yang telah kita sediakan untuk menanti saat kematian, harapan kepada Allah swt semuga diberikan kebaikan, namun apakah kita dipandang Allah swt? Allah swt tidak melihat tindakan kita semata-mata tetapi allah swt melihat apa yang ada didalam hati kita, sejauh manakah keikhlasan dalam amal yang kita lakukan, sejauh mana kita berharap redza Allah swt didalam kehidupan kita? Adakah kita mengharap pujian manusia dalam kita berkomunikasi? Mengharap balasan didalam kita beramal dan segala-gala untuk dunia semata-mata.

Kemanisan, kebanggan, kemashuran, kekayaan akhirnya akan berpisah dengan diri kita, kita akan meninggalkan segala-galanya dan yang akan bersama-sama adalah tiga perkara iaitu anak yang soleh, sedekah yang telah kita berikan dan juga ilmu yang telah diajarkan. Mari kita semah persediaan harta yang telah kita sediakan, sebanyak mana kita telah mendidik anak kita agar mereka akan mendoakan kita selepas kita meninggal dunia nanti? Sejauh mana hati-hati mereka akkan sentiasa berharap kepada Allah swt agar kita sentiasa diberikan kebaikan dan dijauhkan dari siksa kubur. Sebanyak mana sedekah yang ikhlas yang telah kita lakukan didalam kehidupan kita? Sebanyak mana ilmu yang telah kita sampaikan kerana Allah swt semasa kita hidup untuk kebaikan manusia.

Mungkin kita boleh tuliskan satu demi satu harta daripada 3 perkara diatas yang telah kita sediakan agar apabila kematian hampir tiba kita telah bersiap sedia, bukan untuk berbangga tetapi untuk memastikan kita telah melakukan semakan sebelum kita memulakan perjalanan yang begitu jauh yang tidak tahu bagaimanakah penghujungnya. Marilah kita sama-sama memulakan persediaan dari sekarang agar kita bersedia apabila kematian tiba. Allah hu alam.

******************************************************************************
10 peringatan bumi

Untuk peringatan pada diri yang sering alpa dengan keindahan dunia yang hanya palsu belaka. Sedarlah bahawa bumi sentiasa berkata-kata dengan manusia namun masih ramai lagi manusia yang lalai dan leka.

Berkata Anas Bin Malik r. a;

Sesungguhnya setiap hari bumi menyeru kepada manusia dengan sepuluh perkara.

1. Wahai anak Adam! Berjalanlah di atas perutku, tetapi ingatlah! Engkau akan dimasukkan ke dalamnya kelak.

2. Engkau melakukan maksiat di atas belakangku, tetapi ingatlah! Engkau akan diazab di dalam perutku.

3. Engkau ketawa di atas perutku, tetapi ingatlah! Engkau akan menangis di dalam perutku.

4. Engkau bergembira di atas belakangku, tetapi ingatlah! Engkau akan kecewa di dalam perutku.

5. Engkau mengumpul harta di atas belakangku, tetapi ingatlah! Engkau akan menyesal di dalam perutku.

6. Engkau makan benda yang haram di atas belakangku, tetapi ingatlah! Engkau akan dimakan oleh ulat di dalam perutku

7. Engkau angkuh di atas belakangku, tetapi ingatlah! Engkau akan dihina di dalam perutku.

8. Engkau berlari dengan riang di atas belakangku, tetapi ingatlah! Engkau akan jatuh di dalam perutku dalam keadaan dukacita.

9. Engkau hidup di dunia bersiramkan cahaya matahari, bulan dan bintang di belakangku, tetapi ingatlah! Engkau akan tinggal dalam kegelapan di dalam perutku.

10. Engkau hidup di atas belakangku beramai-ramai, tetapi ingatlah! Engkau akan keseorangan di dalam perutku.

Monday, April 13, 2009

Mencari-cari Kebesaran Ilahi

Assalammualaikum dan salam sejahtera,



Apabila memperkatakan tentang Al Quran, apakah rasa hati yang ada didalam diri kita? Apakah kita benar-benar percaya bahawa kitab tersebut adalah kitab yang diturunkan dari Allah swt melalui rasulNya, nabi Muhammad saw? Apakah kita sedar tentang kebenaran yang terdapat didalamnya sehingga kita tiada pilihan lain dari menjadikan kitab tersebut sebagai panduan kehidupan bagi diri kita. Apakah kita meneliti setiap apa yang diperkatakan agar kita tidak tergelincir dari apa yang telah ditetapkan didalam panduan yang diberikan.



Terlalu banyak kebenaran dan bukan tidak disengajakan atau kebetulan, namun kenapa hati kita tidak merasakan takut dan mahu menundukkan diri kepada Allah swt? Hati kita begitu keras sehinggakan kita tidak mahu akur kepada apa yang kit abaca atau yang kita dengar dan kita selalu meninggalkan fakta yang ada dihadapan kita begitu sahaja tanpa kita mengunakan akal dan pemikiran kita untuk menilai apakah keagungan Allah swt yang telah kita lupakan. Nikmat tuhan kita yang manakah yang telah kita abaikan sehinggakkan hati itu menjadi begitu keras untuk mengiktiraf Allah swt didalam kehidupan ini.



Mungkin kita menyatakan yang kita mengiktirafkan akan Allah swt sebagai rabb, namun persoalan yang perlu kita fikirkan adakah kita mematuhi segala arahan dan perintahNya. Sejauh manakah kita benar-benar berharap kepada Allah didalam keputusan yang mahu kita lakukan, sejauh mana kita befikir tentang segala ketentuan yang telah diberikan dan meletakkan segala yang berlaku penuh dengan kebaikan bagi menguji akan kehidupan kita yang sementara. Adakah kita sentiasa memikirkan tentang kebesaran Allah swt sehinggakan kita menjadi hamba-hamba yang sentiasa bersyukur kepada Allah swt didalam kehidupan kita?



Terlalu banyak kebenaran yang terkandungan didalam alQuran dan tiada suatu ayat pun yang salah dengan fakta sains hari ini, tidak ada suatu buku atau kitab yang begitu sempurna melainkan AL Quran, tetapi mengapa manusia tidak mahu untuk menjadikannya sebagai panduan kehidupan. Jika kita ingin memasang sebuah computer, kita akan meneliti segala panduan yang diberikan agar kita tidak akan melakukan kesilapan didalam memasang computer tersebut, kita takut sekiranya tidak mengikuti panduan yang diberikan kita akan melakukan kesilapan dan akan mengakibatkan kerosakan kepada computer tersebut.



Kitab Al Quran yang tidak pernah diketemui sebarang kesilapan sejak 1400 tahun dahulu, yang memberikan panduan kepada diri kita untuk hidup agar bahagia dunia akhirat, tetapi kecintaan kita kepada kita itu tidak sepenuhnya, kita tidak membaca dengan perasaan ingin mengambil apakah yang diajarkan hanya membaca sekadar untuk mengisi masa yang ada tanpa meneliti sejauhmana akan menyelamatkan diri kita didalam kehidupan yang sementara ini.



Marilah kita bermula untuk meneliti akan kitab tersebut untuk menjadikan diri kita begitu hampir kepada Allah swt. AMIN

Keagungan Allah SWT ada dimana sahaja

Assalammualaikum dan salam sejahtera,



Kebesaran Allah swt boleh di lihat dimana-mana sahaja, namun adakah hati akan tersentuh dengan kebesaran Allah swt yang ada disekeliling kita, kita selalu merasakan yang ganjil sebagai suatu perlu kita agungkan namun semua perkara yang ada disekeliling kita penuh dengan kesempurnaan yang tidak dapat untuk kita pertikaikan.



Cuba kita renungkan tubuh badan yang begitu sempurna, dengan kedudukan yang baik ada tangan yang seimbang dengan susuk tubuh badan tidak terlalu panjang sampai ke kaki, lubang hidung yang ke bawah tidak keatas, rambut yang boleh tumbuh memanjang dan tidak pula bulu mata atau kening. Sebagai contohnya jika lubang hidung sahaja keatas tentu sekali apabila hujan ramai yang mungkin lemas kerana tidak sempat mengeluarkan air yang memasuki hidung tersebut. Namun sekiranya Allah menjadi lubang hidung keatas tentu sekali ia akan mengadakan jalan untuk mengatasi segala-galanya. Kesempurnaan Allah swt didalam menjadikan makhluknya begitu sempurna dan tiada sebarang kekurangan.



Bolehkah kita berfikir untuk melihat kebesaran ini dan menjadikan diri kita manusia yang menyerahkan diri untuk tunduk dan taat kepada Allah swt? Bolehkah kita merasakan kita perlu mendidik hati dan pemikiran kita agar merasakan kerdil dan hanya berharap kepada pertolongan Allah swt. Untuk menahan nafas [un kita tidak mampu, untuk menahan kencing dan kentut pun kita tidak boleh, maka kita perlu kembali kepada Allah untuk mendapat yang terbaik dan mencari keredaannya didalam kehidupan yang penuh dengan ujian untuk melihak sejauh mana kita percaya kepada Allah swt yang maha melihat lagi maha mengetahui.



Marilah kita mendidik hati-hati kita dengan sifat-sifat Allah swt agar merasai nama-nama Allah didalam kehidupan seharian kita. Amin

**************************************************************************

Thursday, April 9, 2009

Mengikut Sunah Satu Keperluan..

Assalammualaikum dan salam sejahtera,

Berbagai panduan ada didalam sunah rasullullah saw, namun kita sering memandang mudah terhadap sunah-sunah rasul. Tetapi kini banyak penemuan-penemuan sain yang menunjukkan apa yang dilakukan oleh rasulullah adalah suatu yang memberikan kebaikan bagi kehidupan manusia, kadang kala kita beranggapan tindakan itu tidak berapa sesuai dengan budaya dan adapt resam tetapi sebenarnya memberikan kebaikan buat manusia.


Contohnya sekiranya ada seekor lalat terjatuh kedalam air minuman, apa yang perlu kita lakukan adalah merendamkan lalat tersebut dan kemudian membuangnya, air tersebut boleh diminum, hanya sekarang sain membukti bahawa di sebelah kepak lalat ada racun dan disebelah kepak lagi ada penawar. Apakah Rasulullah saw mempunyai pengetahuan tentang perkara tersebut 1400 tahun dahulu? Tentunya semua itu adalah dari Allah swt yang mengajar beliau bagaimana untuk bertindak didalam kehidupan seharian.

Bnyak lagi perkara-perkara yang kita pandang remeh tetapi sebenarnya memberikkan kesan kepada kehidupan diri kita. Apabila kita mahu melakukan perubahan didalam kehidupan kita tentu sekali ia akan memberikan kesana kepada orang-orang yang begitu hampir kepada diri kita, samada mereka akan menyokong atau membangkang perubahan yang hendak kita lakukan didlam kehidupan.

Ambil suatu contoh yang mudah, sekiranya sebelum ini kita terlalu minat menonton tv atau video dan kita mahu berubah untuk mengurangkannya. Tentu sekali ahli keluarga kita akan merasai perubahan tersebut kerana kita mungkin lebih gemar untuk menghabiskan masa di bilik atau di meja bacaan. Tentu sekali mereka merasai ketidak hadiran diri kita bersama mereka. Kita telah melihat tv mungkin 30 tahun atau mungkin lebih dari itu, mari kita tanya diri kita sejauh mana pengalaman menuntun TV tersebut telah menjadikan diri kita lebih baik didalam kehidupan kita.


Sejauh mana kita melihat jejak kasih telah menjadikan diri kita lebih menghargai ikatan kasih saying? Sejauh mana kita melihat cerita peperangan telah meningkatkan rasa ingin berjihad? Sejauh mana kita melihat drama melayu telah menjadikan diri kita lebih bersopan santun dan perihatin kepada masyarakat. Sekiranya tidak banyak mengapa kita perlu menghabiskan waktu kita dihadapan TV tersebut dan alangkah baiknya sekiranya kita mengunakan waktu yang ada untuk meningkatkan pengetahuan kita untuk berhubung dan mencintai Allah swt.

Bill Gate seorang yang kaya raya menyatakan sesiapa yang suka melihat ’the idiot box’ tidak akan berjaya didalam kehidupan mereka. Suatu penyataan yang perlu kita fikirkan untuk menjadi manusia yang berjaya di dunia dan di akhirat. Allah hu alam.

**********************************************************************
DRINKING WATER ON EMPTY STOMACH

Even if you have seen this before it is worth looking at again. It is inexpensive and worth trying though the list of diseases cured (listed below) is stretched a bit.


DRINKING WATER ON EMPTY STOMACH

DRINK WATER ON EMPTY STOMACH

It is popular in Japan today to drink water immediately after waking up every morning. Furthermore, scientific tests have proven its value. We publish below a description of use of water for our readers. For old and serious diseases as well as modern illnesses the water treatment had been found successful by a Japanese medical society as a 100% cure for the following diseases:
Headache, body ache, heart system, arthritis, fast heart beat, epilepsy, excess fatness, bronchitis asthma, TB, meningitis, kidney and urine diseases, vomiting, gastritis, diarrhea, piles, diabetes, constipation, all eye diseases, womb, cancer and menstrual disorders, ear nose and throat diseases. إشرب الماء على معدة خالية
أصبح من المعتاد اليوم في اليابان شرب الماء مباشرة بعد الاستيقاظ صباحا. وفوق ذلك فقد أثبتت الاختبارات العلمية قيمتها. وننشر أدناه وصفة استخدام الماء لقرائنا الأعزاء. وقد اكتشفت جمعية طبية يابانية نجاح العلاج بالماء لأمراض مزمنة وخطيرة وكذلك للأمراض المتوسطة كعلاج ناجح 100% للأمراض التالية:
الصداع ، آلام الجسم ، أمراض القلب ، التهاب المفاصل ، ضربات القلب السريعة ، الصرع ، السمنة أو البدانة المفرطة ، التهاب القصبات ، الربو ، السل ، التهاب السحايا (السحائي) ، أمراض الكلية والجهاز البولي ، التقيؤ ، التهاب المعدة ، الاسهال ، الخوازيق (البواسير) ، مرض السكري ، الإمساك ، جميع أمراض العيون ، الرحم ، السرطان ، الإضطرابات الحيضية ، أمراض الأذن والأنف والحنجرة.

METHOD OF TREATMENT
1. As you wake up in the morning before brushing teeth, drink 4 x 160ml glasses of water
2. Brush and clean the mouth but do not eat or drink anything for 45 minute
3. After 45 minutes you may eat and drink as normal.
4. After 15 minutes of breakfast, lunch and dinner do not eat or drink anything for 2 hours
5. Those who are old or sick and are unable to drink 4 glasses of water at the beginning may commence by taking little water and gradually increase it to 4 glasses per day.
6. The above method of treatment will cure diseases of the sick and others can enjoy a healthy life. أسلوب المعالجة:
1. فور استيقاظك في الصباح وقبل تفريش أسنانك ، إشرب 4 أقداح من الماء (سعة 160 مللتر)
2. فرش أسنانك ونظف فمك ولكن لا تأكل أو تشرب أي شيء قبل مرور 45 دقيقة.
3. بعد مرور ال_45 دقيقة بإمكانك أن تأكل وتشرب كالمعتاد.
4. بعد 15 دقيقة من الإفطار ، وكذلك الغداء ، والعشاء ( لا تأكل أو تشرب أي شيء لمدة ساعتين).
5. بالنسبة لكبار السن أو المرضى والذين لا يستطيعون شرب 4 أقداح من الماء في البداية يمكنهم شرب القليل من الماء وتدريجيا يزيدون الكمية إلى أن تصل إلى 4 أقداح كل يوم.
6. إن أسلوب العلاج المبين أعلاه يشفي أمراض أولئك الذين يعانون منها بإذن الله أما الناس الاعتياديين فسيتمتعون بحياة صحية سليمة وجيدة إن شاء الله .


The following list gives the number of days of treatment required to cure/control/ reduce main diseases:

1. High Blood Pressure (30 days)

2. Gastric (10 days)

3. Diabetes (30 days)

4. Constipation (10 days)

5. Cancer (180 days)

6. TB (90 days)

7. Arthritis patients should follow the above treatment only for 3 days in the 1st week, and from 2nd week onwards – daily.



This treatment method has no side effects, however at the commencement of treatment you may have to urinate a few times.




وتبين القائمة أدناه عدد الأيام اللازمة للعلاج المطلوب للتداوي أو السيطرة على الأمراض أو تقليل أثرها:
1. ضغط الدم العالي (30 يوما)
2. أمراض المعدة والحموضة (10 أيام)
3. مرض السكري (30 يوما)
4. الإمساك (10 أيام)
5. السرطان (180 يوما)
6. السل (90 يوما)
7. المرضى المصابين بالتهاب المفاصل يجب أن يتبعوا العلاج أعلاه فقط لمدة 3 أيام في الأسبوع الأول ، ثم يومياً من الأسبوع الثاني فصاعداً.
إن أسلوب العلاج أعلاه لا يشكل أي أضرار جانبية ، ومع ذلك ففي بداية العلاج قد تضطر إلى التبول عدة مرات .




It is better if we continue this and make this procedure as a routine work in our life. Drink Water and Stay healthy and Active. من الأفضل الاستمرار بهذا الأسلوب في العلاج وجعل هذا الإجراء واجب روتيني في حياتنا
تعود على شرب الماء بانتظام وتمتع بصحة ولياقة ونشاط .

This makes sense .. The Chinese and Japanese drink hot tea with their meals ..not cold water. Maybe it is time we adopt their drinking habit while eating!!! Nothing to lose, everything to gain... هذا الأمر يبدو معقولا تماما .. إن الصينيين واليابانيين يشربون الشاي الساخن مع تناول وجباتهم الغذائية. ربما أصبح اليوم الوقت المناسب إتباع طريقة أسلوبهم وعادتهم في تناول الطعام !!! لن تخسروا شيئا ، فقط الكسب .

For those who like to drink cold water, this article is applicable to you.
It is nice to have a cup of cold drink after a meal. However, the cold water will solidify the oily stuff that you have just consumed. It will slow down the digestion. بالنسبة لأولئك الذين يحبون شرب الماء البارد ، ينطبق عليكم هذا الموضوع فانتبهوا لطفاً . قد يكون لذيذاً أن تتناول قدحاً من المشروب البارد بعد الوجبة الغذائية . وعلى أية حال ، فالماء البارد سوف يصلِّب المادة الزيتية التي استهلكتها تواً ، وسوف تبطئ عملية الهضم

Once this "sludge" reacts with the acid, it will break down and be absorbed by the intestine faster than the solid food. It will line the intestine.
Very soon, this will turn into fats and lead to cancer. It is best to drink hot soup or warm water after a meal. وحالما يتفاعل هذا الراسب مع الحامض ، فسوف يتكسر وتمتصه الأمعاء أسرع من الطعام الصلب ... وسوف يبطِّن الأمعاء .
وبعد مدة وجيزة سوف يتحول إلى دهون وتقود إلى السرطان . من الأفضل شرب شوربة ساخنة أو ماء دافئ بعد وجبة الطعام

A serious note about heart attacks:

• Women should know that not every heart attack symptom is going to be the left arm hurting,

• Be aware of intense pain in the jaw line.

• You may never have the first chest pain during the course of a heart attack.

• Nausea and intense sweating are also common symptoms.

• 60% of people who have a heart attack while they are asleep do not wake up.

• Pain in the jaw can wake you from a sound sleep. Let's be careful and be aware. The more we know, the better chance we could survive...

ملاحظة مهمة وجدية حول الهجمة القلبية أوالأزمة القلبية:
• على النساء أن يعلموا أنه ليس كل أعراض الأزمة القلبية تكون ألم الذراع الأيسر
• انتبهوا إلى الألم الشديد في خط الفك السفلي
• قد لا تشعر بألم الصدر أولا خلال فترة الهجمة القلبية .
• الغثيان والتعرق الشديد أيضاً من الأعراض الاعتيادية .
• 60% من الأشخاص الذين يصابون بالأزمة القلبية بينما هم نائمون لا يستيقظون .
• قد يوقظك الألم في الفك من نومٍ عميق .. يجب أن نكون حريصين ومدركين . كلما تعلمنا وعرفنا أكثر ، كلما كانت فرصة النجاة أفضل بإذن الله.


A cardiologist says if everyone who gets this mail sends it to everyone they know, you can be sure that we'll save at least one life. يقول الطبيب الأخصائي بأمراض القلب لو أن كل من استلم هذه الرسالة وأعاد إرسالها إلى كل شخص يعرفه ، من المؤكد بإذن الله أننا قد نستطيع إنقاذ حياة إنسان واحد على الأقل .

Please be a true friend and send this article to all your friends you care about نتمنى أن تكون صديقا وفيا وتخبر جميع أصدقائك ومعارفك بمحتوى هذه الرسالة .

Tuesday, April 7, 2009

Sejauh mana kita mengerti...

Assalamualaikum dan salam sejahtera,

Apabila memperkatakan tentang kebesaran Allah SWT, kita boleh memperkatakan tentang kebesarannya dimana sahaja, begitu banyak tanda-tanda tentang kebesaran Allah SWT, namun apakah kita mendengar, melihat atau merasai kebesaran Allah SWT akan rasa gementar dan takut kepada Allah SWT. Adakah kerana kita terlalu kerap mendengar atau melihat akan kebesaran Allah SWT sehingga kita lupa dan tidak prihatin terhadap kebesaran Allah SWT..

Hati kita tidak akan rasa takut atau tidak rasa perlu bersyukur terhadap segala pemberian Allah SWT kepada kita sekarang ini. Kita merasai apa yang ada sekarang didalam diri kita adalah suatu yang menjadi milik kita dan kita tidak pernah menghubungkan kepada pemilik yang agung iaitu Allah SWT.Kita menyedari bahawa segala ada pada kita boleh diambil oleh Allah SWT pada bila-bila masa sahaja, kita tahu dan benar-benar yakin Allah SWT boleh mematikan diri kita dan akan menilai segala perbuatan yang kita lakukan semasa kita hidup ini.

Namun kehidupan yang kita lalui seolah-olah kepercayaan yang kita ada sebenarnya seperti tidak ada langsung didalam diri kita. Kita bebas untuk melakukan apa sahaja, kita boleh menipu, boleh merosakkan harta orang lain, boleh mempermainkan kepercayaan orang kepada diri kita, boleh menghina, boleh melakukan larangan Allah swt dan banyak lagi perkara-perkara yang haram yang kita lakukan tanpa merasakan sedikit pun bersalah didalam kehidupan diri kita. Kita lebih takut kepada apa kata orang atau takut kita melanggar moral dari takut kepada hukum-hukum Allah swt.

Sebenarnya mungkin kita tidak memahami banyak perkara didalam kehidupan kita, mungkin tafsiran kita juga berbeza dengan tafsiran para sahabat rasulullah saw. Bila dikatakan tentang neraka mungkin dikalangan para sahabat mereka merasai ketakutan yang amat sangat sehingga ada diantara mereka pengsan disebabkan keadaan api neraka yang digambarkan oleh mereka terlalu hebat seksaannya seperti dikatakan selemah-lemah siksaan adalah apabila tapak kaki di kenakan api neraka akan mengelegak otak manusia. Segala-galanya siksaan dimana makanan, minuman, pakaian dan apa sahaja adalah dari api dan berbentuk siksaan yang tidak dapat digambarkan oleh pemikiran manusia betapa hebatnya siksaan tersebut.

Begitu juga apabila dikatakan tentang surga, ianya merupakan suatu kenikmatan yang tidak dapat digambarkan dimana sungai pun dari madu dan susu, apa yang di kehendaki akan diperolehi dan disediakan sehinggakan kita merasakan sekiranya inilah balasan yang mungkin kita perolelhi diakhirat, segala kesukaran yang ada didunia tidak seberapa berbanding dengan janji Allah swt di akhirat nanti. Sejauh mana kita sebenarnya mengerti apa yang dinyatakan oleh Allah swt tentang surga dan neraka? Pengertian itu akan kita lahirkan didalam amal kehidupan kita. Allah hu alam

__________________________________________________________________________________

BUTA MATA ATAU BUTA HATI


Posted on April 3, 2008 by pastpp08



“Masya Allah… tulisan ‘Allah’ jelas kelihatan di puncak gunung itu!”, terpegun sebahagian kita dengan berita sebegini.“Kalimah Allah jelas kelihatan di benua Afrika, jika dilihat dengan imej satelit. Subhanallah!”, terlopong segelintir kita dibuatnya.“Ishh… dahsyatnya. Budak itu lahir dengan tanda ‘Allah’ di telinganya. Mesti budak tu luar biasa dan ajaib!”, komen seorang daripada kita kepada suatu laporan akhbar.“Subhanallah, lihat tu… Ikan Allah!”, hingga terbit sebuah halaman web rasmi untuk ‘ikan Allah’ ini.


Saya masih tidak faham. Sejak dulu lagi saya memang kehairanan. Mengapakah masyarakat kita sangat obses dengan kemunculan imej yang dilihat sebagai lafz al-jalalah ‘Allah’ di pelbagai tempat. Di langit, di perut lembu, di dalam isi tembikai, di kepala budak, di batang pokok di hutan, di sarang lebah dan entah di mana lagi…


Apakah semua itu keajaiban?


Mungkin ya, tetapi mungkin sangkaan semata. Tetapi apa yang pasti ialah, mengapa hanya dengan kemunculan benda-benda sebegitu baru kita dapat ‘melihat Allah’. Mengapa tanda-tanda atau ayat Allah itu hanya mampu kita kesan apabila ia muncul sedemikian rupa? Yang sebahagiannya mungkin hanya sangkaan kita semata?
Mengapa kita tidak mampu ‘melihat Allah’ pada hari-hari biasa? Pada kelahiran biasa? Pada awan biasa? Mengapa harus menanti yang luar biasa baru tergerak hati untuk percaya dan peduli kepada-Nya?


Dan (kenangkanlah) ketika kamu berkata: “Wahai Musa! Kami tidak akan beriman kepadamu sehingga Kami dapat melihat Allah dengan terang (dengan mata kepala kami)”. Maka kerana itu kamu disambar petir, sedang kamu semua melihatnya. [Al-Baqarah 2: 55]
Apakah kita telah dijangkiti dengan penyakit yang sama sebagaimana penyakit yang menimpa Bani Israel? Tidak mampu mendatangkan percaya kecuali dengan garapan pancaindera? Hilang deria melihat apa yang di luar upaya mata? Hanya mahu mempercayai Allah jika Musa memperlihatkan-Nya, sebagaimana mereka memperlihatkan patung anak lembu itu sebagai sembahan?


Atau seperti penganut Kristian yang sentiasa ternganga melihat ‘Virgin Mary’ yang berdarah lantas disangka ‘Bloody Mary’?


Apakah begitu sekali rendahnya nilai iman kita, hingga hanya mampu percaya selepas melihat?


Lupakah kita kepada segala-gala benda biasa yang luar biasa ini?
Lihat diri kamu sendiri… tidakkah kamu mampu melihat Dia? Hanya jika di dahimu tertulis kedut yang disangka kalimah Allah, baru kamu akui kebesaran Dia? Lupakah kamu kepada peringatan-Nya:


“Dan pada dirimu itu, mengapakah kamu tidak perhatikan tanda-tanda dan bukti kebesaran Dia?” [Adz-Dzaariyaat 51: 21]


Lihat dengan mata hatimu jari jemari yang sepuluh di tanganmu itu. Ia jari jemari biasa yang luar biasa. Panjang pendeknya menyerlahkan kesempurnaan penciptaan Dia. Lihat tubuh badanmu, jantungmu, matamu, kulitmu… semua yang biasa-biasa itu sebenarnya bukan biasa malah luar biasa. Mengapa harus dinanti sesuatu yang di luar kebiasaan untuk menyedari kehebatan Dia? Dangkal sungguh keupayaan kamu mengimani Dia.


Renung langit… lihat bulan dan bintang, perhatikan pertukaran malam dan siang… segala kejadian biasa itu bukan biasa-biasa. Semuanya luar biasa. Lupakah kita semua kepada sebutan Dia dalam firman-Nya:


Sesungguhnya pada kejadian langit dan bumi, dan pada pertukaran malam dan siang, ada tanda-tanda (kekuasaan, kebijaksanaan, dan keluasan rahmat Allah) bagi orang-orang Yang berakal;(Iaitu) orang-orang yang menyebut dan mengingati Allah semasa mereka berdiri dan duduk dan semasa mereka berbaring, dan mereka pula memikirkan tentang kejadian langit dan bumi (sambil berkata): “Wahai Tuhan kami! tidaklah Engkau menjadikan benda-benda ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah Kami dari azab neraka. [Aal Imraan 3:190-1]


Mengapa yang luar biasa juga yang dicari, sedangkah segala-galanya terbentang di depan mata. Setiap kejadian sekecil atau sebesar mana sekali pun, tetap padanya ada tanda dan bukti kebesaran-Nya.


Tetapi dengan tanggapan manusia kaku yang gagal mengesan kehadiran-Nya hinggalah nama-Nya muncul (disangka muncul) di sana sini, kita sia-siakan mesej Allah yang disampaikan terus menerus pada penciptaan alam ini.


Juga kita sering terkejut tidak tentu hala. Bukan sahaja terkejut dengan terpahatnya jalur-jalur yang ditafsir sebagai ‘mesej dari-Nya’, malah menganggap pula ikan itu ikan Allah, budak ini budak Allah… apa semua ini?


Kita lupa kepada hakikat segala yang ada di sekitar ini, sedang dan sentiasa berhubung dengan Allah, melihatnya mendatangkan tenang, mendengar suaranya mendatangkan harmoni di dalam jiwa. Semuanya zikrullah..


Langit yang tujuh dan bumi serta sekalian makhluk yang ada padanya, sentiasa mengucap tasbih bagi Allah; dan tiada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memujiNya; akan tetapi kamu tidak faham akan tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyabar, lagi Maha Pengampun [Al-Israa’ 17: 44]


Sesungguhnya paradigma tahyul (takhayyul barangkali) menjadikan kita gagal melihat yang tersirat di sebalik yang tersurat, pada hari-hari biasa, kejadian-kejadian biasa… yang di sebalik semua itu tersimpan makna yang agung dan luar biasa.
Sebenarnya bukanlah mata kepala yang buta, tetapi yang buta itu ialah mata hati yang ada di dalam dada [Al-Hajj 22: 46]


Buta mata hilang warna… buta hati hilang makna dan erti. Buta mata tak nampak jalan di dunia, buta hati tak nampak jalan menuju ke Syurga.

Pengorbanan Tanpa Menanti Balasan..

Assalamualaikum dan salam sejahtera..

Pengorbanan dan kasih sayang seorang yang bergelar ibu begitu tinggi dan besar didalam kehidupan kita sebagai seorang anak. Kasih yang ditunjukkan terlalu agung sehinggakan tidak mungkin dapat dibalas oleh seorang anak kepada ibunya. Menanggung segala kesakitan daripada mengandungkan anak tersebut sehinggalah melahirkanya dan juga membesarkan sehingga menjadi dewasa. Sentiasa tidak tidur malam apabila anak mereka sakit dan sentiasa berharap akan kasih sayang dari Allah swt agar diberikan yang terbaik kepada anak tersebut, sentiasa berdoa dan memohon agar sentiasa diberikan kesejahteraan didalam kehidupan.

Namun apakah yang dirasai oleh anak-anak kini, adakah kita merasai pengorbanan yang telah dilakukan oleh ibu-ibu ini didalam kehidupan kita? Adakah kita cuba untuk memberikan balasan terhadap segala pengorbanan yang telah dilakukan atau adakah kita mengingati segala pengorbanan agung yang telah diberikan oleh insan ini. Apakah kita merasakan segala yang berlaku sebagai suatu kebiasaan yang telah sepatutnya berlaku didalam kehidupan manusia? Telah lahir suatu genarasi yang begitu mengutamakan ibu-ibu ini, telah lahir suatu generasi sahabat yang melihat wanita ini sebagai suatu pintu untuk membawa diri mereka mendapatkan surga-surga Allah swt. Mereka seboleh mungkin memberikan apa sahaja untuk mengembirakan hati-hati ibu mereka dan berharap agar ibu-ibu meredai mereka dan dengan keredaan itu akan menyebabkan Allah swt meredai kehidupan mereka.

Apakah kesukaran dan kepayahan yang dilakukan untuk mengembirakan seorang ibu dapat dibandingkan dengan pengorbankan seorang ibu buat anak-anaknya? Walau sebanyak mana yang ingin kita lakukan, walau sebanyak mana harta yang kita korbankan namun untuk mengatasi pengorbanan seorang ibu tidak mungkin akan berlaku. Oleh sebab itu kita perlu untuk melakukan yang terbaik yang mampu kita lakukan kerana sejauh mana pun kita berusaha ianya tidak mungkin dapat menyayingi perngorbanan seorang ibu.

Adakah kita sering berkecil hati, cepat marah, tidak puas hati dan berbagai-bagai lagi rasa yang tidak sepatutnya kita tunjukkan kepada seorang ibu? Berapa kerap kita menyayangi wanita ini dan berapa kerap pula kita menghiris hatinya? Berapa banyak wang yang telah kita keluarkan untuk mengembirakan hatinya berbanding wang yang kita keluarkan untuk mengembirakan isteri dan anak-anak? Berapa banyak masa yang kita sediakan untuk duduk bersama-sama dengannya demi mengimbas kembali masa-masa yang lalu agar mengembirakan dirinya berbanding dengan masa yang kita luangkan dengan rakan-rakan untuk bergembira.

Kita selalu leka sehingga akhirnya tiba masa untuk mereka pergi buat selama-lamanya sebelum sempat untuk kita melakukan sesuatu yang amat memberikan erti kehidupan kepada mereka. Dunia ini dipenuhi oleh anak-anak yang tidak sempat untuk melakukan kebaikan dan membalas jasa-jasa ibu yang terlalu agung didalam kehidupan. Marilah kita bermula sekarang untuk merintis sesuatu yang baru agar sentiasa dirasai oleh wanita-wanita yang bergelar ibu. Amin

**************************************************


EIGHT LIES OF A MOTHER~

1.The story began when I was a child;
I was born as a son of a poor family. Even for eating, we often got lack of food.
Whenever the time for eating, mother often gave me her portion of rice. While she was removing her rice into my bowl, she would say "Eat this rice, son. I'm not hungry". That was Mother's First Lie

2.When I was getting to grow up, the persevering mother gave her spare time for fishing in a river near our house, she hoped that from the fishes she got, she could gave me a little bit nutritious food for my growth. After fishing, she would cook the fishes to be a fresh fish soup, which raised my appetite. While I was eating the soup, mother would sit beside me and eat the rest meat of fish, which was still on the bone of the fish I ate. My heart was touched when I saw it. I then used my chopstick and gave the other fish to her. But she immediately refused it and said "Eat this fish, son. I don't really like fish." That was Mother's Second Lie.

3.Then, when I was in Junior High School, to fund my study, mother went to an economic enterprise to bring some used-matches boxes that would be stuck in. It gave her some money for covering our needs. As the winter came, I woke up from my sleep and looked at my mother who was still awoke, supported by a little candlelight and within her perseverance she continued the work of sticking some used-matches box. I said, "Mother, go to sleep, it's late, tomorrow morning you still have to go for work. " Mother smiled and said "Go to sleep, dear. I'm not tired." That was Mother's Third Lie.

4.At the time of final term, mother asked for a leave from her work in order to accompany me. While the daytime was coming and the heat of the sun was starting to shine, the strong and persevering mother waited for me under the heat of the sun's shine for several hours. As the bell rang, which indicated that the final exam had finished, mother immediately welcomed me and poured me a glass of tea that she had prepared before in a cold bottle. The very thick tea was not as thick as my mother's love, which was much thicker. Seeing my mother covering with perspiration, I at once gave her my glass and asked her to drink too. Mother said "Drink, son. I'm not thirsty!". That was Mother's Fourth Lie.

5.After the death of my father because of illness, my poor mother had to play her role as a single parent. By held on her former job, she had to fund our needs alone. Our family's life was more complicated. No days without sufferance. Seeing our family's condition that was getting worse, there was a nice uncle who lived near my house came to help us, either in a big problem and a small problem. Our other neighbors who lived next to us saw that our family's life was so unfortunate, they often advised my mother to marry again. But mother, who was stubborn, didn't care to their advice, she said "I don't need love." That was Mother's Fifth Lie.

6.After I had finished my study and then got a job, it was the time for my old mother to retire. But she didn't want to; she was sincere to go to the marketplace every morning, just to sell some vegetable for fulfilling her needs. I, who worked in the other city, often sent her some money to help her in fulfilling her needs, but she was stubborn for not accepting the money. She even sent the money back to me. She said "I have enough money." That was Mother's Sixth Lie.

7.After graduated from Bachelor Degree, I then continued my study to Master Degree. I took the degree, which was funded by a company through a scholarship program, from a famous University in America . I finally worked in the company. Within a quite high salary, I intended to take my mother to enjoy her life in America . But my lovely mother didn't want to bother her son, she said to me "I'm not used to." That was Mother's Seventh Lie.

8.After entering her old age, mother got a flank cancer and had to be hospitalized. I, who lived in miles away and across the ocean, directly went home to visit my dearest mother. She lied down in weakness on her bed after having an operation. Mother, who looked so old, was staring at me in deep yearn. She tried to spread her smile on her face; even it looked so stiff because of the disease she held out. It was clear enough to see how the disease broke my mother's body, thus she looked so weak and thin. I stared at my mother within tears flowing on my face. My heart was hurt, so hurt, seeing my mother on that condition. But mother, with her strength, said "Don't cry, my dear. I'm not in pain." That was Mother's Eight Lie.

After saying her eighth lie, She closed her eyes forever!

Monday, April 6, 2009

Harta Sebenar Kepunyaan Kita..

Kutipan Derma Sekolah Ibn Khaldun

Assalammualaikum dan salam sejahtera,

Kematian suatu yang tidak dapat ditentukan, persediaan mungkin tidak seberapa, namun sedikit derma mungkin dapat memberikan sedikit kebaikan bagi kehidupan selepas kematian.
Saya selaku pengerusi sekolah rendah Ibn Khaldun ingin merayu tuan puan agar dapat membantu saya didalam mendapatkan dana bagi pembinaan sekolah yang amat diperlukan bagi membolehkan penambahan pelajar.



Bagi tuan puan yang memerlukan surat pungutan derma harap dapat maklumkan kepada saya bagi saya menghantar surat untuk tujuan kutipan derma tersebut. Untuk makluman tuan puan setakat ini pihak sekolah telah membeli sebidang tanah disebelahan sekolah sedia ada dengan jumlah sejuta ringgit dan memerlukan sebanyak 6 juta ringgit lagi bagi pembinaan sekolah tersebut.



Saya juga berharap sekiranya sudilah tuan puan sendiri menyumbangkan kepada sekolah ini dan memanjangkan email ini kepada rakan-rakan tuan puan untuk memberikan peluang untuk beramal, apa yang kita sumbangkan itulah sebenarnya harta yang kita simpan untuk kehidupan kita di akhirat nanti, Apa yang kita simpan di dalam bank sekarang bukan milik kita kerana ia akan kita tinggalkan apabila kita mati nanti.



Saya ingin meminta jasa baik tuan puan untuk membantu mengutip derma dan hanya Allah swt yang menentukan samada mendapat hasil atau tidak kutipan tersebut, oleh sebab itu marilah kita berusaha melakukan yang terbaik untuk membantu sekolah ini untuk melahirkan pelajar-pelajar yang bukan sahaja cemerlang didalam akademik tetapi juga mempunyai hubungan dengan Allah swt didalam kehidupan mereka.



Bukan kita yang menentukan keputusan atau kejayaan kutipan derma ini tetapi yang memberi adalah Allah swt dan beruntunglah kita jika kita memilih untuk memberikan sedikit harta kita untuk jalan kebaikan kerana kita dipilih oleh Allah swt untuk melakukan keputusan yang tepat untuk kehidupan kita diakhirat nanti.



Nama dan nombor pembangunan sekolah
PEMBANGUNAN SEKOLAH IBN KHALDUN – 120-100-100-296-02 (BANK ISLAM MALAYSIA BERHAD)



Pihak sekolah juga menyediakan penjualan Al Quran dengan harga RM30 senaskah dimana harga dipasaran adalah dari RM30 ke RM40. Sekiranya pihak tuan ingin mewakafkan alquran tersebut kesekolah-sekolah tahfiz atau agama atau kesurau dan masjid, pihak kami akan sedia menguruskannya. Sila maklumkan jumlah wang yang telah dimasukkan keakaun diatas bagi tujuan wakaf al Quran bagi membolehkan urusan pengagihan dilaksanakan. Bagi tujuan wakaf harga minima senaskah Al Quran bermula dengan nilai RM30.



Semuga sedikit usaha-usaha ini akan memberikan kebaikan bagi kehidupan kita di dunia dan akhirat. Amin.



>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Persoalan Kehidupan Perlu Difikirkan

Assalammualaikum dan salam sejahtera,

Manusia sering lupa, lupa kepada kebaikan orang lain, lupa kepada tanggung jawab yang perlu dilakukan, lupa kepada kesusahan yang pernah dilalui apabila diberikan sedikit kenikmatan, lupa kepada keluarga apabila mendapat kesenangan, lupa kepada agama apabila mendapat sedikit kelebihan dan banyak lagi lupa-lupa yang tidak dapat disenaraikan.

Tetapi samada kita sedar atau tidak apa yang kita ada sekarang akan hilang juga, apa yang kita banggakan tidak akan dapat kita bawa bertemu Allah swt jika kita tidak mengunakan dengan kehendak Allah swt. Yang hidup pasti mati, tetapi apakah kematian itu penuh dengan persediaan, jika kita tidak melakukan keputusan bagaimana kematian yang kita mahukan maka ditakuti kematian yang tidak tentu bilanya akan tiba itu datang dikala kita tidak ada apa-apa persediaan.

Apakah persediaan yang perlu kita lakukan? Persoalan dari mana kita datang? Apakah tujuan kehidupan kita ini dan kemanakah kita akan pergi merupakan persoalan-persoalan cepu mas yang perlu kita jawab sebelum kematian kita mendatang. Apakah kita telah menyediakan jawapan kepada persoalan diatas dengan amal-amal yang akan di tunjukkan kepada ALLAH swt nanti. Sekiranya persoalan dari mana kita datang hanya dijawab sekadar kita datang dari Allah swt tanpa kita merasai akan kebesaran Alllah swt, maka kita perlu meneliti kembali peristiwa apabila persoalan ditanya kepada para musyrikin Mekah tentang siapakah yang menjadikan bumi ini dan mereka akan menjawap dengan segera adalah Alllah swt. Namun penyerahan dan perhambaan adalah jauh sama sekali.

Bagaimana kita merasakan tentang kekuasaan Allah swt didalam kehidupan diri kita? Adakah kita benar-benar merasakan bahawa kehidupan kita ini adalah suatu kehidupan yang perlu melaksanakan suatu tanggung jawab untuk mengabdikan diri kita kepada Allah swt. Adakah kita merasakan kita tidak ada kebebasan melakukan apa sahaja, kita hanya boleh melakukan apa yang dibenarkan oleh Allah swt dan menjauhkan apa yang dilarang oleh Allah swt. Kita merasakan betapa sempurnanya Allah swt yang maha berkuasa menjadikan diri kita, melihat sel-sel tubuh yang begitu sempurna melaksanakan tanggung jawab sehingga kita boleh bergerak dan menjalankan tugas seharian. Boleh bernafas dan menjadikan diri kita boleh berfikir untuk menilai baik atau buruk seseuatu perkara. Namun kita sering melakukan kesilapan dan kesalahan didalam kehidupan kita, kita selalu melanggar peraturan yang ditentukan oleh Allah swt dan kadang kala kita langsung tidak tahu apakah peraturan yang ditentukan oleh Allah swt terhadap perkara yang kita laksanakan.

Marilah kita fikirkan sebelum segala-galanya terlewat kerana apabila masa untuk ujian kita tamat kita tidak akan diberikan peluang untuk kali keduanya dan kita akan menanti keputusan sahaja dan sekiranya kita tidak menjawab ujian semasa kehidupan ini dengan terbaik mungkin keputusan peperiksaan tentu sekali akan merugikan kehidupan diakhirat nanti. Allah hu alam

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

EMPAT PERKARA
" Ada empat perkara yang berharga dalam diri manusia dan dia boleh hilang dengan empat perkara juga.

Adapun yang berharga itu ialah...Akal, Agama, Malu dan Amal soleh. Maka....

1. Akal boleh hilang disebabkan marah.
2. Agama boleh hilang disebabkan dengki.
3. Malu boleh hilang disebabkan tamak.
4. Amal soleh boleh hilang dan terhapus disebabkan suka menceritakan keburukan orang lain.

Manusia akan menghadapi empat penarikan antaranya:-
1. Malaikat pencabut nyawa akan menarik rohnya.
2. Para ahli waris akan menarik hartanya.
3. Ulat akan menarik tubuhnya.
4. Orang yang dimusuhi @ dianiayai akan menarik barang kepunyaannya di hari kiamat iaitu AMALNYA.

Dari Ali r.a yang bermaksud: Sesungguhnya amalan yang paling sulit adalah empat macam:
1. Memberi maaf pada waktu marah.
2. Suka memberi pada waktu susah.3
. Menjauhi yang haram pada waktu sunyi.
4. Mengatakan yang hak kepada orang yang ditakuti atau kepada orang yang diharapkan sesuatu darinya.

Dari Hatim Al-Asom yang bermaksud: Empat perkara yang hanya diketahui oleh empat jenis orang akan nilainya iaitu:
1. Nilai masa muda hanya diketahui oleh orang tua-tua @ orang lama).
2. Nilai kedamaian hanya diketahui oleh orang yang pernah ditimpa bencana@musibah.
3. Nilai kesihatan hanya diketahui oleh orang-orang sakit.
4. Nilai kehidupan hanya diketahui oleh orang-orang yang telah mati.

Tips Menjadi Rajin
NUR HAS LINAS BAKAR

Tips belajar hari ini ingin berkongsi 5 tips bagaimana mengatasi sikap malas. Perasaan malas adalah lawan kepada sikap rajin. Ianya satu sikap negatif yang perlu diubati. Rasa-rasa anda, bagaimana ingin membuang sifat malas? Disini saya senaraikan 5 tips yang boleh digunakan.
1. Tanya pada diri anda dan jawablah sejujurnya. Fikirkan sejenak mengenainya.
Apakah faedah daripada sikap malas aku ini?

2. Senaraikan kesan dan akibat sikap malas yang ada pada diri anda. Ini bertujuan untuk menyedarkan minda anda bahawa sikap ini tidak berfaedah langsung. Selain itu, ia membuat minda anda ‘sakit’ dengan sikap ini.

3. Kekalkan momentum kerajinan anda. Jika anda sedang melakukan sesuatu dan ingin berhenti berehat, pastikan anda berhenti tidak lama. Kekalkan momentum tersebut. Semakin lama anda berhenti atau berehat, semakin kurangnya semangat anda menerusnya.

4. Membayangkan kesan positif yang anda perolehi kesan daripada sikap rajin anda. Contohnya anda membayangkan anda mendapat keputusan yang cemerlang atas kerajinan anda, lalu ibu bapa anda menghadiahkan anda RM500. Disayangi teman dan diminati ramai..Hoho..

5. Akhir sekali senaraikan mengapa anda ingin membuang sikap malas. Tampalkannya. Untuk berubah, manusia perlu mempunyai sebab. Jadi tuliskan sebab itu.
Jika anda ada tips tambahan, kongsi pendapat anda di ruang komen ya.

Selamat beramal dengan tips belajar

Pengorbanan Tanpa Batasan

Assalammualaikum dan salam sejahtera,

Pengorbanan seorang ibu untuk membesarkan seorang anak tidak dapat di kira atau dicatitkan sejauh mana telah diberikannya. Tiada seorang ibu normal yang tidak kasih dan sayang kepada anaknya, namun ada juga yang sanggup membuang bayi-bayi mereka ditepi jalan atau ditinggalkan begitu sahaja. Pengorbanan seorang ibu untuk membesarkan anak-anak mereka begitu besar dan sering kita dapat mendengar dan melihat erti kasih dan sayang dilukiskan didalam warna-warna kehidupan masyarakat di dunia ini.

Islam meletakkan ibu sebagai suatu yang perlu dihormati dan dikasihi kerana pengorbanan yang dilakukan oleh seorang ibu adalah suatu yang lahir dari hati yang suci dan tidak dapat dinilai dengan wang ringgit. Namun seorang anak mungkin begitu sukar untuk merasai akan pengorbanan seorang ibu kepadanya kerana mereka merasakan apa yang diberikan oleh seorang ibu adalah suatu yang biasa dan suatu kemestian diberikan oleh semua ibu. Mereka tidak merasakan betapa sukar akan seorang ibu mengandungkan anak itu selama Sembilan bulan dan mereka juga tidak merasakan betapa air susu yang diberikan oleh ibu tersebut telah menyebabkan mereka menjadi manusia hari ini.

Apakah hari ini dunia telah dipenuhi oleh anak-anak yang telah tiada perasaan didalam hati mereka, mereka tidak tahu untuk menilai pengorbanan yang telah dilakukan oleh seorang ibu, mereka tidak tahu menilai erti perasaan cinta yang diberikan oleh ibu, tidak merasai kasih sayang dan juga tidak menyedari akan Allah swt yang maha pengasih dan penyayang telah menyediakan hati dan akal untuk kita berfikir tentang kebesaran Allah swt melalui seorang wanita bergelar IBU.

Mengapa ini berlaku? Mungkin kerana manusia telah menjauhkan diri mereka dari agama, menjadikan agama sebagai kebiasaan kehidupan bukan sebagai suatu penyerahan pengabdian, bukan sebagai suatu perjalanan kehidupan. Bila kita meninggalkan agama maka akan lahirlah anak-anak yang juga akan melupakan Allah swt dan akhirnya melupakan kedua ibu bapa mereka sendiri. Apakah kepentingan agama kepada diri kita, adakah agama sebagai suatu keperluan budaya? Keperluan adapt atau suatu yang diperlukan kerana agama akan menyelamatkan kehidupan di dunia dan di akhirat kita nanti. Sejauh mana kita berusaha untuk memastikkan yang kita benar-benar akan memegang agama yang kita ada? Kita berusaha bersungguh-sungguha agar kehidupan kita terkawal dengan peraturan yang ditetapkan oleh agama.

Bagaimana kita berfikir akan menentukan usaha-usaha pengorbanan yang akan kita lakukan didalam kehidupaan ini, Mari kita semak apakah keputusan yang telah kita lakukkan untuk mencari agama didalam kehidupan kita? Apakah kita benar-benar untuk beriman atau kita baru bermain dipingiran, baru mencecahkan kaki di gigi air untuk merasakan kedinginan air atau kita bersedia mengharungi walau seluas mana ia terbentang. Allah hu alam

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
WARKAH DARI IBU

Wahai anakku,

Surat ini datang dari Ibumu yang selalu dirundung sengsara. Setelah berpikir panjang Ibu mencoba untuk menulis dan menggoreskan pena, sekalipun keraguan dan rasa malu menyelimuti diri. Setiap kali menulis, setiap kali itu pula gores tulisan terhalang oleh tangis, dan setiap kali menitikkan air mata setiap itu pula hati terluka.

Wahai anakku!
Sepanjang masa yang telah engkau lewati, kulihat engkau telah menjadi laki-laki dewasa, laki-laki yang cerdas dan bijak! Karenanya engkau pantas membaca tulisan ini, sekalipun nantinya engkau remas kertas ini lalu engkau merobeknya, sebagaimana sebelumnya engkau telah remas hati dan telah engkau robek pula perasaanku.

Wahai anakku, 25 tahun telah berlalu, dan tahun-tahun itu merupakan tahun kebahagiaan dalam kehidupanku. Suatu ketika doktor datang menyampaikan kabar tentang kehamilanku dan semua ibu sangat mengetahui arti kalimat tersebut. Bercampur rasa gembira dan bahagia dalam diri ini sebagaimana ia adalah awal mula dari perubahan fisik dan emosi.
Semenjak kabar gembira tersebut aku membawamu 9 bulan. Tidur, berdiri, makan dan bernafas dalam kesulitan. Akan tetapi itu semua tidak mengurangi cinta dan kasih sayangku kepadamu, bahkan ia tumbuh bersama berjalannya waktu.

Aku mengandungmu, wahai anakku! Pada kondisi lemah di atas lemah, bersamaan dengan itu aku begitu grmbira tatkala merasakan melihat terjangan kakimu dan balikan badanmu di perutku. Aku merasa puas setiap aku menimbang diriku, karena semakin hari semakin bertambah berat perutku, berarti engkau sehat wal afiat dalam rahimku.

Penderitaan yang berkepanjangan menderaku, sampailah saat itu, ketika fajar pada malam itu, yang aku tidak dapat tidur dan memejamkan mataku barang sekejap pun. Aku merasakan sakit yang tidak tertahankan dan rasa takut yang tidak bisa dilukiskan.

Sakit itu terus berlanjut sehingga membuatku tidak dapat lagi menangis. Sebanyak itu pula aku melihat kematian menari-nari di pelupuk mataku, hingga tibalah waktunya engkau keluar ke dunia. Engkau pun lahir. Tangisku bercampur dengan tangismu, air mata kebahagiaan. Dengan semua itu, sirna semua keletihan dan kesedihan, hilang semua sakit dan penderitaan, bahkan kasihku padamu semakin bertambah dengan bertambah kuatnya sakit. Aku raih dirimu sebelum aku meraih minuman, aku peluk cium dirimu sebelum meneguk satu tetes air yang ada di kerongkonganku.

Wahai anakku, telah berlalu beberapa tahun dari usiamu, aku membawamu dengan hatiku dan memandikanmu dengan kedua tangan kasih sayangku. Saripati hidupku kuberikan kepadamu. Aku tidak tidur demi tidurmu, berletih demi kebahagiaanmu.
Harapanku pada setiap harinya; agar aku melihat senyumanmu. Kebahagiaanku setiap saat adalah celotehmu dalam meminta sesuatu, agar aku berbuat sesuatu untukmu, itulah kebahagiaanku!

Kemudian, berlalulah waktu. Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Selama itu pula aku setia menjadi pelayanmu yang tidak pernah lalai, menjadi dayangmu yang tidak pernah berhenti, dan menjadi pekerjamu yang tidak pernah mengenal lelah serta mendoa akan selalu kebaikan dan taufiq untukmu.

Aku selalu memperhatikan dirimu hari demi hari hingga engkau menjadi dewasa. Badanmu yang tegap, ototmu yang kekar, kumis dan jambang tipis yang telah menghiasi wajahmu, telah menambah ketampananmu. Tatkala itu aku mulai melirik ke kiri dan ke kanan demi mencari pasangan hidupmu.

Semakin dekat hari perkawinanmu, semakin dekat pula hari kepergianmu. saat itu pula hatiku mulai serasa teriris-iris, air mataku mengalir, entah apa rasanya hati ini. Bahagia telah bercampur dengan duka, tangis telah bercampur pula dengan tawa. Bahagia karena engkau mendapatkan pasangan dan sedih karena engkau pelipur hatiku akan berpisah denganku.
Waktu berlalu seakan-akan aku menyeretnya dengan berat. Kiranya setelah perkawinan itu aku tidak lagi mengenal dirimu, senyummu yang selama ini menjadi pelipur duka dan kesedihan, sekarang telah sirna bagaikan matahari yang ditutupi oleh kegelapan malam. Tawamu yang selama ini kujadikan buluh perindu, sekarang telah tenggelam seperti batu yang dijatuhkan ke dalam kolam yang hening, dengan dedaunan yang berguguran. Aku benar-benar tidak mengenalmu lagi karena engkau telah melupakanku dan melupakan hakku.

Terasa lama hari-hari yang kulewati hanya untuk ingin melihat rupamu. Detik demi detik kuhitung demi mendengarkan suaramu. Akan tetapi penantian kurasakan sangat panjang. Aku selalu berdiri di pintu hanya untuk melihat dan menanti kedatanganmu. Setiap kali berderit pintu aku manyangka bahwa engkaulah orang yang datang itu. Setiap kali telepon berdering aku merasa bahwa engkaulah yang menelepon. Setiap suara kendaraan yang lewat aku merasa bahwa engkaulah yang datang.

Akan tetapi, semua itu tidak ada. Penantianku sia-sia dan harapanku hancur berkeping, yang ada hanya keputusasaan. Yang tersisa hanyalah kesedihan dari semua keletihan yang selama ini kurasakan. Sambil menangisi diri dan nasib yang memang telah ditakdirkan oleh-Nya.
Anakku, ibumu ini tidaklah meminta banyak, dan tidaklah menagih kepadamu yang bukan-bukan. Yang Ibu pinta, jadikan ibumu sebagai sahabat dalam kehidupanmu. Jadikanlah ibumu yang malang ini sebagai pembantu di rumahmu, agar bisa juga aku menatap wajahmu, agar Ibu teringat pula dengan hari-hari bahagia masa kecilmu.

Dan Ibu memohon kepadamu, Nak! Janganlah engkau memasang jerat permusuhan denganku, jangan engkau buang wajahmu ketika Ibu hendak memandang wajahmu!!
Yang Ibu tagih kepadamu, jadikanlah rumah ibumu, salah satu tempat persinggahanmu, agar engkau dapat sekali-kali singgah ke sana sekalipun hanya satu detik. Jangan jadikan ia sebagai tempat sampah yang tidak pernah engkau kunjungi, atau sekiranya terpaksa engkau datangi sambil engkau tutup hidungmu dan engkaupun berlalu pergi.

Anakku, telah bungkuk pula punggungku. Bergemetar tanganku, karena badanku telah dimakan oleh usia dan dikerumuni oleh penyakit, Berdiri seharusnya dipapah, dudukpun seharusnya dibopong, sekalipun begitu cintaku kepadamu masih seperti dulu. Masih seperti lautan yang tidak pernah kering. Masih seperti angin yang tidak pernah berhenti.

Sekiranya engkau dimuliakan satu hari saja oleh seseorang, niscaya engkau akan balas kebaikannya dengan kebaikan setimpal. Sedangkan kepada ibumu Mana balas budimu, nak!? Mana balasan baikmu! Bukankah air susu seharusnya dibalas dengan air susu serupa?! Akan tetapi kenapa nak! Susu yang Ibu berikan engkau balas dengan tuba. Bukankah Allah swt telah berfirman, Bukankah balasan kebaikan kecuali dengan kebaikan pula? (QS. Ar Rahman: 60) Sampai begitu keraskah hatimu, dan sudah begitu jauhkah dirimu?! Setelah berlalunya hari dan berselangnya waktu?!

Wahai anakku, setiap kali aku mendengar bahwa engkau bahagia dengan hidupmu, setiap itu pula bertambah kebahagiaanku. Bagaimana tidak, engkau adalah buah dari kedua tanganku, engkaulah hasil dari keletihanku. Engkaulah laba dari semua usahaku! Kiranya dosa apa yang telah kuperbuat sehingga engkau jadikan diriku musuh bebuyutanmu? Pernahkah aku berbuat khilaf dalam salah satu waktu selama bergaul denganmu, atau pernahkah aku berbuat lalai dalam melayanimu?

Terus, jika tidak demikian, sulitkah bagimu menjadikan statusku sebagai budak dan pembantu yang paling hina dari sekian banyak pembantu dan budakmu. Semua mereka telah mendapatkan upahnya!? Mana upah yang layak untukku wahai anakku!

Dapatkah engkau berikan sedikit perlindungan kepadaku di bawah naungan kebesaranmu? Dapatkah engkau menganugerahkan sedikit kasih sayangmu demi mengobati derita orang tua yang malang ini? Sedangkan Allah taala mencintai orang yang berbuat baik.

Wahai anakku! Aku hanya ingin melihat wajahmu, dan aku tidak menginginkan yang lain.

Wahai anakku! Hatiku teriris, air mataku mengalir, sedangkan engkau sehat wal afiat. Orang-orang sering mengatakan bahwa engkau seorang laki-laki supel, dermawan, dan berbudi. Anakku, Tidak tersentuhkah hatimu terhadap seorang wanita tua yang lemah, tidak terenyuhkah jiwamu melihat orang tua yang telah renta ini, ia binasa dimakan oleh rindu, berselimutkan kesedihan dan berpakaian kedukaan!? Bukan karena apa-apa? Akan tetapi hanya karena engkau telah berhasil mengalirkan air matanya Hanya karena engkau telah membalasnya dengan luka di hatinya hanya karena engkau telah pandai menikam dirinya dengan belati durhakamu tepat menghujam jantungnya hanya karena engkau telah berhasil pula memutuskan tali silaturrahim? !

Wahai anakku, ibumu inilah sebenarnya pintu surga bagimu. Maka titilah jembatan itu menujunya, lewatilah jalannya dengan senyuman yang manis, pemaafan dan balas budi yang baik. Semoga aku bertemu denganmu di sana dengan kasih sayang Allah taala, sebagaimana dalam hadits: Orang tua adalah pintu surga yang di tengah. Sekiranya engkau mau, maka sia-siakanlah pintu itu atau jagalah! (HR. Ahmad)

Anakku. Aku sangat mengenalmu, tahu sifat dan akhlakmu. Semenjak engkau telah beranjak dewasa saat itu pula tamak dan labamu kepada pahala dan surga begitu tinggi. Engkau selalu bercerita tentang keutamaan shalat berjamaah dan shaf pertama. Engkau selalu berniat untuk berinfak dan bersedekah.

Akan tetapi, anakku! Mungkin ada satu hadits yang terlupakan olehmu! Satu keutamaan besar yang terlalaikan olehmu yaitu bahwa Nabi yang mulia shallallahualaihi wa sallam bersabda: Dari Ibnu Masud radhiallahuanhu berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Wahai Rasulullah, amal apa yang paling mulia? Beliau berkata: Shalat pada waktunya, aku berkata: Kemudian apa, wahai Rasulullah? Beliau berkata: Berbakti kepada kedua orang tua, dan aku berkata: Kemudian, wahai Rasulullah! Beliau menjawab, Jihad di jalan Allah, lalu beliau diam. Sekiranya aku bertanya lagi, niscaya beliau akan menjawabnya. (Muttafaqun alaih)
Wahai anakku!! Ini aku, pahalamu, tanpa engkau bersusah payah untuk memerdekakan budak atau berletih dalam berinfak. Pernahkah engkau mendengar cerita seorang ayah yang telah meninggalkan keluarga dan anak-anaknya dan berangkat jauh dari negerinya untuk mencari tambang emas? Setelah tiga puluh tahun dalam perantauan, kiranya yang ia bawa pulang hanya tangan hampa dan kegagalan. Dia telah gagal dalam usahanya. Setibanya di rumah, orang tersebut tidak lagi melihat gubuk reotnya, tetapi yang dilihatnya adalah sebuah perusahaan tambang emas yang besar. Berletih mencari emas di negeri orang kiranya, di sebelah gubuk reotnya orang mendirikan tambang emas.

Begitulah perumpamaanmu dengan kebaikan. Engkau berletih mencari pahala, engkau telah beramal banyak, tapi engkau telah lupa bahwa di dekatmu ada pahala yang maha besar. Di sampingmu ada orang yang dapat menghalangi atau mempercepat amalmu. Bukankah ridhoku adalah keridhoan Allah taala, dan murkaku adalah kemurkaan-Nya?

Anakku, yang aku cemaskan terhadapmu, yang aku takutkan bahwa jangan-jangan engkaulah yang dimaksudkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam sabdanya: Merugilah seseorang, merugilah seseorang, merugilah seseorang, dikatakan,Siapa dia,wahai Rasulullah?, Orang yang mendapatkan kedua ayah ibunya ketika tua, dan tidak memasukkannya ke surga. (HR. Muslim)
Anakku Aku tidak akan angkat keluhan ini ke langit dan aku tidak adukan duka ini kepada Allah, karena sekiranya keluhan ini telah membumbung menembus awan, melewati pintu-pintu langit, maka akan menimpamu kebinasaan dan kesengsaraan yang tidak ada obatnya dan tidak ada tabib yang dapat menyembuhkannya. Aku tidak akan melakukannya, Nak! Bagaimana aku akan melakukannya sedangkan engkau adalah jantung hatiku Bagaimana ibumu ini kuat
menengadahkan tangannya ke langit sedangkan engkau adalah pelipur laraku. Bagaimana Ibu tega melihatmu merana terkena doa mustajab, padahal engkau bagiku adalah kebahagiaan hidupku.

Bangunlah Nak! Uban sudah mulai merambat di kepalamu. Akan berlalu masa hingga engkau akan menjadi tua pula, dan al jaza min jinsil amal. Engkau akan memetik sesuai dengan apa yang engkau tanam Aku tidak ingin engkau nantinya menulis surat yang sama kepada anak-anakmu, engkau tulis dengan air matamu sebagaimana aku menulisnya dengan air mata itu pula kepadamu.

Wahai anakku, bertaqwalah kepada Allah pada ibumu, peganglah kakinya!! Sesungguhnya surga di kakinya. Basuhlah air matanya, balurlah kesedihannya, kencangkan tulang ringkihnya, dan kokohkan badannya yang telah lapuk. Anakku Setelah engkau membaca surat ini, terserah padamu! Apakah engkau sadar dan akan kembali atau engkau ingin merobeknya.


Wassalam,
Ibumu

[Dipetik ulang dari buku Kutitip Surat Ini Untukmu karya Ustadz Armen Halim Naro, Lc rahimahullah]