Wednesday, April 9, 2008

Maafkan Salahku....

Assalamualaikumdan salam sejahtera


Kesilapan sesuatu yang sering kita lakukan didalam kehidupan ini, kadang kala kita lupa segala kesilapan yang telah kita lakukan tetapi orang yang merasai selalunya tidak pernah lupa. Ibu suatu atau seseorang yang agung buat diri kita tetapi sedarkah kita berapa kali kita telah melakukan kesilapan didalam kehidupan kita terhadap ibu yang sepatutnya kita kasihi dan kita agungkan didalam kehidupan ini.


Doa ibu perlu dicari terutama didalam apa yang penting yang ingin kita lakukan, untuk mencari jodoh doa ibu perlu kita pohon dengan sebaik mungkin, untuk mendapat pekerjaan perlu kita pohon darinya, untuk mendidik anak perlu kepada tunjuk ajarnya walau apa pun dia seorang yang perlu kita hormati.


Maaf sekarang selalu outstation tak dapat menghantar berita, semuga kita dapat yang terbaik didalam perjalanan yang sementara ini. tq


=============================


Maafkan salahku, Ibu....Hukum kekekalan energi dan semua agama menjelaskan bahwa apa pun yang kita lakukan pasti akan dibalas sempurna kepada kita. Apabila kita melakukan energi positif atau kebaikan maka kita akan mendapat balasan berupa kebaikan pula. Begitu pula bila kita melakukan energinegatif atau keburukan maka kitapun akan mendapat balasan berupa keburukan pula. Kali ini izinkan saya menceritakan sebuah pengalaman pribadi yang terjadi pada 2003.


Pada September-Oktober 2003 isteri saya terbaring di salah satu rumah sakit di Jakarta . Sudah tiga minggu para doktor belum mampu mendeteksi penyakit yang diidapnya. Dia sedang hamil 8 bulan. Panasnya sangat tinggi. Bahkan sudah satu minggu isteri saya telah terbujur di ruang ICU. Sekujur tubuhnya dilekatkan kabel-kabel yang tersambung ke sebuah layar monitor.


Suatu pagi saya dipanggil oleh doktor yang merawat isteri saya.


Doktor berkata, "Pak Jamil, kami mohon izin untuk mengganti ubat ibu".


Saya pun menjawab "Mengapa doktor meminta izin saya? Bukankan setiap pagi saya membeli berbagai macam ubat di farmasi doktor tidak meminta izin saya"


Doktor itu menjawab "Karena ubat yang ini mahal Pak Jamil."


"Memang harganya berapa dok?" Tanya saya.


Doktor itu dengan mantap menjawab "Dua belas juta rupiah sekali suntik."


"Haahh 12 juta rupiah Dok, lantas sehari berapa kali suntik, dok?"


Doktor itu menjawab, "Sehari tiga kali suntik pak Jamil."


Setelah menarik napas panjang saya berkata, "Berarti satu hari tiga puluh enam juta, Dok?"


Saat itu butiran air bening mengalir di pipi. Dengan suara bergetar saya berkata, "Doktor tolong usahakan sekali lagi mencari penyakit isteriku, sementara saya akan berdoa kepadaYang Maha Kuasa agar penyakit istri saya segera ditemukan."


"Pak Jamil kami sudah berusaha semampu kami bahkan kami telah meminta bantuan berbagai laboratorium dan penyakit istri Bapak tidak bisa kami deteksi secara tepat, kami harus sangat hati-hati memberi obat karena istri Bapak juga sedang hamil 8 bulan, baiklah kami akan coba satu kali lagi tapi kalau tidak ditemukan kami harus mengganti obatnya, Pak." jawab doktor.


Setelah percakapan itu usai, saya pergi menuju mushola kecil dekat ruang ICU. Saya melakukan sembahyang dan saya berdoa, "Ya Allah Ya Tuhanku... aku mengerti bahwa Engkau pasti akan menguji semua hamba-Mu, akupun mengerti bahwa setiap kebaikan yang aku lakukan pasti akanEngkau balas dan akupun mengerti bahwa setiap keburukan yang pernah aku lakukan juga akan Engkau balas. Ya Tuhanku... gerangan keburukan apa yang pernah aku lakukan sehingga Engkau uji aku dengan sakit isteriku yang berkepanjangan, tabunganku telah terkuras, tenaga dan pikiranku begitu lelah. Berikan aku petunjuk Ya Tuhanku. Engkau Maha Tahu bahkan Engkau mengetahui setiap guratan urat di leher nyamuk. Dan Engkaupun mengetahui hal yang kecil dari itu. Aku pasrah kepada Mu Ya Tuhanku. Sembuhkanlah istriku. Bagimu amat mudah menyembuhkan istriku, semudah Engkau mengatur milyaran planet di jagat raya ini."


Ketika saya sedang berdoa itu tiba-tiba terbersit dalam ingatan akan kejadian puluhan tahun yang lalu. Ketika itu, saya hidup dalam keluarga yang miskin papa. Sudah tiga bulan saya belum membayar biaya sekolah yang hanya Rp. 25 per bulan. Akhirnya saya memberanikan dirimencuri uang ibu saya yang hanya Rp. 125. Saya ambil uang itu, Rp 75 saya gunakan untuk mebayar SPP, sisanya saya gunakan untuk jajan.


Ketika ibu saya tahu bahwa uangnya hilang ia menangis sambil terbata berkata, "Pokoknya yang ngambil uangku kualat... yang ngambil uangku kualat..." Uang itu sebenarnya akan digunakan membayar hutang oleh ibuku. Melihat hal itu saya hanya terdiam dan tak berani mengakubahwa sayalah yang mengambil uang itu.


Usai berdoa saya merenung, "Jangan-jangan inilah hukum alam dan ketentuan Yang Maha Kuasa bahwa bila saya berbuat keburukan maka saya akan memperoleh keburukan. Dan keburukan yang saya terima adalah penyakit isteri saya ini karena saya pernah menyakiti ibu saya dengan mengambil uang yang ia miliki itu."


Setelah menarik nafas panjang saya tekan nomor telepon rumah dimana ibu saya ada di rumah menemani tiga buah hati saya. Setelah salam dan menanyakan kondisi anak-anak di rumah, maka saya bertanya kepada ibu saya "Bu, apakah ibu ingat ketika ibu kehilangan uang sebayak seratus dua puluh lima rupiah beberapa puluh tahun yang lalu?"


"Sampai kapanpun ibu ingat Mil. Kualat yang ngambil duit itu Mil, duit itu sangat ibu perlukan untuk membayar hutang, kok ya tega-teganya ada yang ngambil," jawab ibu saya dari balik telepon. Mendengar jawaban itu saya menutup mata perlahan, butiran air matamengalir di pipi.


Sambil terbata saya berkata, "Ibu, maafkan saya... yang ngambil uang itu saya, bu... saya minta maaf sama ibu. Saya minta maaaaf... saat nanti ketemu saya akan sungkem sama ibu, saya jahat telah tega sama ibu." Suasana hening sejenak. Tidak berapa lama kemudian dari baliktelepon saya dengar ibu saya berkata: "Ya Tuhan, pernyataanku aku cabut, yang ngambil uangku tidak kualat, aku maafkan dia. Ternyata yang ngambil adalah anak laki-lakiku. Jamil kamu nggak usah pikirin dan doakan saja isterimu agar cepat sembuh." Setelah memastikan bahwa ibu saya telah memaafkan saya, maka saya akhiri percakapan denganmemohon doa darinya.


Kurang lebih pukul 12.45 saya dipanggil doktor, setibanya di ruangan sambil mengulurkan tangan kepada saya sang doktor berkata "Selamat pak, penyakit isteri bapak sudah ditemukan, infeksi pankreas. Ibu telah kami obati dan panasnya telah turun, setelah ini kami akan operasi untuk mengeluarkan bayi dari perut ibu." Bulu kuduk saya merinding mendengarnya, sambil menjabat erat tangan sang doktor saya berkata. "Terima kasih doktor, semoga Tuhan membalas semua kebaikan doktor."


Saya meninggalkan ruangan doktor itu.... dengan berbisik pada diri sendiri "Ibu, I miss you so much."



posted on behalf of IAR

0 comments: